─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─
Penerjemah : ID Qidian
Editor : D.Blank13th
Chapter 1
Kepemilikan
Kematian tiba-tiba datang kepadaku.
Dari tempat dan waktu yang tak terduga.
Didepan sebuah truk besar.
Waktu telah bergerak perlahan. Hal-hal yang telah aku tinggalkan secara tidak sengaja muncul di pikiranku satu per satu dan lenyap.
Bosku dari pekerjaan paruh waktuku sebelumnya, temanku, profesor universitasku. Itu mengingatkanku, aku belum melaporkan laporanku...
Dan terakhir semua orang dari panti asuhan.
Aku rasa mereka tidak akan berterima kasih atas asurasi jiwaku.
Aku masih ingin hidup dengan sensasi yang lebih menggetarkan hati dalam hidupku jika memungkinkan.
Ketika aku berpikir begitu, aku mendengar suara seorang anak tertawa, dan setiap tulang di tubuhku hancur.
***
Aku berada di hutan saat aku bangun...
Aku melihat sekeliling dan ke arah langit.
Bulan, yang aku rasa lebih besar dari bulan yang aku tahu, bersinar di langit.
Pohon-pohon yang diterangi oleh sinar rembulan sangatlah besar. Aku ingin tahu berapa kali lebih tinggi pohon-pohon itu telah tumbuh dibandingkan denganku?
Apakah ini akhirat?
Ada sebuah cerita tentang taman bunga dan Sungai Sanzu, tapi aku tidak melihatnya.
Ini adalah akhirat yang lusuh.
Dimana sih aku...?
Tiba-tiba, aku merasakan sesuatu yang pahit di mulutku.
Itu adalah rumput ketika aku meludahkanya.
Kenapa aku makan rumput?
Dan kemudian aku sadar bahwa aku kelaparan.
Pusing, kelelahan dan perasaan lesu pada umumnya menyerang seluruh tubuhku.
Jika aku tidak makan sesuatu, aku pastinya akan mati...
Aku harus mencari sesuatu yang mungkin bisa aku makan.
Buah ek, jamur juga, apapun boleh.
Aku perlu sesuatu yang dapat aku makan.
Tiba-tiba, seekor kelabang besar memasuki bidang penglihatanku.
Biasanya, aku akan menjerit dan lari dari tempat itu, tapi aku hanya menatapnya karena beberapa alasan.
Melihat dengan seksama, kurasa aku bisa melihat dengan jelas kelabang itu memiliki banyak daging.
Aku yakin racunnya ada di mulutnya, selain dari mulutnya, bisakah aku memakannya...?
...
...
Bisakah aku memakannya?
Untuk pertama kalinya, aku memakan kelabang yang tidak berselera.
***
“Kalau dipikir-pikir, apa aku akan baik-baik saja dari parasit?”
Setelah kelabang itu menetap di perutku, aku menjadi khawatir.
Aku agak khawatir...
Apakah aku akan menjadi bodoh jika aku tidak memiliki cukup makanan?
Namun, aku tidak tahu cara menyalakan api. Oh nah, mungkin juga memakannya mentah karena aku perlu bertahan hidup.
Karena aku mengunyahnya dengan baik, itu akan baik-baik saja, akan baik-baik saja. Mungkin.
Jika otakku hanya bekerja setengah dan ragu-ragu, aku mungkin akan mati karena kelaparan.
Aku hanya berharap tidak akan ada parasit.
“Aku haus...”
Aku mulai berjalan mencari air.
Aku ingin membersihkan sisa rasa dari kelabang di mulutku dengan cepat.
Aku merasa sudah sepuluh menit berjalan saat aku menemukan sebuah sungai kecil.
Kata-kata yang terlintas di benakku adalah jangan minum air itu, tapi tidak ada jalan lain karena aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menyalakan api untuk mendidihkannya.
“Aku telah kembali hidup...”
Air sangat penting sih.
Karena airnya terlihat jernih, aku rasa aku aman dari parasit. Mungkin.
Aku melihat permukaan air di sungai.
Wajahku diterangi oleh sinar bulan...
...
...
...
Siapa orang ini?
Anak laki-laki kurus berambut abu-abu tercermin di permukaan air.
???????
Tunggu, tunggu, pasti refleksi di atas air itu salah. Bahkan pantulan cahaya terkadang salah.
Aku menolak kenyataan d depanku krena aku tidak mengerti apa maksudnya ini dalam pikiranku.
Aku menyentuh pipiku dengan hati-hati.
Aku dapat melihat bahwa tulang pipiku terlihat.
Aku tidak gemuk, tapi aku tidak sekurus itu sehingga tulang pipiku terlihat.
Selanjutnya, aku mencoba menarik rambutku. Rambutku abu-abu.
Orang Jepang biasa harusnya memiliki rambut hitam gagak.
Ini adalah kenyataan.
Dengan kata lain, ini adalah itu, itu yang terkenal...
“Ini reinkarnasi...”
Aku menatap langit malam.
Ukuran bulan yang bersinar dilangit dua kali lebih besar dari bulan di Bumi.