Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 2

Dunia Berubah


Untuk setiap siswa yang memiliki ketertarikan dalam pelajaran, profesor Sugita mengumpulkan barang antik dari seluruh dunia dan menyimpannya di kelas. Pintu yang memiliki gembok dan terkunci jadi aku membawa sebuah kursi dan mengayunkannya kebawah untuk menghancurkan kuncinya kemudian aku memasuki ruang persiapan.

(Tidak peduli berapa kali aku melihatnya, ini masih mengagumkan.)

Shinji tidak bisa menyembunyikan kesenangannya setelah melihat hal tertentu di rak.
Dan untuk tidak melanggar hukum pedang dan senjata api, itu harus dihapus tepinya, tapi meskipun begitu, itu memiliki rasa intimidasi yang aneh dan itu mampu menyakiti orang.
Sebuah tiang logam 2 meter dan didepannya, telah dikombinasikan tombak runcing, kapak dan cakar.

Itu adalah halberd.

Ini adalah senjata yang umum di masa Renaissance.
shinji mengeluarkan halberd dari rak.

Itu berat.

Tapi sekarang itu dapat melumpuhkan orang.
Dan jika aku tidak dapat menggunakan senjata seberat ini, maka, aku tidak bisa melanjutkan.
Ketika aku memikirkan tentang mencoba mengayunkan itu dengan semua kekuatanku, aku berhenti.

Tempat ini sempit.

Jika aku mengayunkannya disini, tentunya aku akan memukul dinding.
Dan hal yang sama akan terjadi dimana-mana.
halberd terlalu besar untuk digunakan di sekolah.

(Ugugugugu...)

Shinji merasa malu.
Karena ketika dia akhirnya menemukan senjata keren, dia tidak bisa menggunakannya.
Jika saja ini bukan di sekolah.
Shinji mulai berpikir serius tentang arti sekolah saat ini.
Sambil berpikir, Shinji mulai mencari jika ada yang lebih berguna, dan apa yang dia temukan adalah kapak.

(Mungkin ini lumayan?)

Aku sedang mencari hal-hal lain yang dapat digunakan sebagai senjata.
Sebuah belati dengan ornamen.
Sebuah kapak satu tangan.
Sebuah pisau bermata dua sekitar satu meter.
Sebuah pedang bermata satu yang memiliki bentuk gelombang.
Sebuah pistol busur satu tangan.
Sebuah cambuk dari kulit.
Dan benda-benda memanah... Tampaknya profesor Sugita punya hobi mengumpulkan senjata. Selain benda-benda antik, dia telah mengumpulkan sejauh senjata terbaru.

(Tapi... Yang lebih mudah digunakan adalah kapak)

Aku yakin bahwa apa yang akan aku lakukan dari sekarang adalah menghancurkan kepala tebal manusia.
Memikirkan itu, kapak kokoh dan beratlah yang paling mudah untuk digunakan.

(Selanjutnya adalah... Ini)

Shinji mengambil papan transparan.
Itu akan menjadi perisai satu tangan dan itu dibuat dari polycarbonate.
Ringan da kuat.
Aku meletakkannya di tangan kiriku.
Dengan semua sudah ditempatnya, persiapan selesai.
Untuk pergi ke kelasnya sendiri di lantai dua, Shinji meninggalkan ruangan.
Dia pergi kesana untuk mengamankan charger dan sepatu di tasnya.

Dengan langkah cepat, Shinji pergi.
Semakin banyak waktu yang dia ambil, orang-orang yang berubah menjadi sesuatu yang seperti zombie meningkat.
Shinji mencapai ruang kelasnya.
Dan mungkin karena dia bergegas, monster tidak menyerangnya.

Di lantai bawah bisa terdengar rintihan dan jeritan.
Mungkin semua orang sedang putus asa berjuang dan melindungi diri mereka untuk keluar dari sini.
Ketika masuk aku menemukan orang di ruangan.
Dua orang.
Mereka sedang duduk.
Aku ingat mereka. Atau lebih tepatnya, mereka adalah teman sekelasku.
Yamaguchi dan Kawakami.

Tidak cantik ataupun kikuk. Tidak berdada besar ataupun berkaki indah, mereka adalah gadis sederhana.

Shinji membuat dirinya waspada.

Karena mereka mungkin terinfeksi seperti siswa laki-laki lain yang sebelumnya.
Melihat mereka dari depan, mereka seperti manusia normal, jadi Shinji menurunkan kewaspadaannya.

Gadis-gadis itu melakukan hal sebaliknya, mereka berjaga-jaga sambil menatapku dan gemetar.

Shinji mengabaikan mereka dan pergi untuk mengumpulkan barang-barangnya.
Tidak ada waktu.
Dia mengubah sepatu indoornya dengan sepatu olahraga yang dia punya di lokernya.

[Kamu Meisei-kun, kan?]

Salah satu dari gadis yang sedang menatapku memanggilku.

[Itu benar, jadi apa, Yamaguchi-san?]

Shinji menjawab sambil mengganti sepatunya.

[Hebat. Kamu normal, Meisei-kun.]

Shinji rasa dari kata-katanya dia mengacu pada hal-hal yang seperti zombie.

[Aku normal. Tapi tampaknya dia tidak.]

Sementara mengatakan itu, Shinji menunjuk dengan tangan kanannya pada seorang gadis.
Dia berdarah.
Sementara dengan wajah merah, dia gemetar seperti sedang menahan sesuatu.

[Eh? Ya. Dia Kawakami-san. Dia dikelilingi oleh orang-orang yang bertingkah aneh. Hey, Meisei-kun, kamu menemukan profesor?]

Shinji menahan tawa cemoohnya oleh kata-kata optimis yang Yamaguchi-san keluarkan.

Guru.

Dia ingin bergantung pada guru dalam situasi ini.
Tapi aku benar-benar ingin tahu apa kegunaan guru dalam situasi ini.

[Tidak. Aku tidak melihatnya. Oh ya, sudah berapa lama semenjak dia tergigit?]

[Eh? ......Aku tiba disini beberapa saat yang lalu, jadi aku pikir tidak lebih dari sepuluh menit.]

[U~m...... Begitu.]

Shinji sedikit khawatir.
Karena dia tergigit, mungkin dia akan berubah seperti Tamura dan Arao-san.

Dan seperti sebelumnya, Kawakami akan menyerang Yamaguchi-san hingga mati.

Jika situasi ini mirip seperti Zombie, maka tidak ada cara untuk menyelamatkan Kawakami.
Dan jika ada, Shinji tidak tahu caranya.
Jika ini seperti film, bahkan jika ada vaksin untuk meyelamatkan orang yang berubah menjadi zombie, kau tidak bisa menemukannya di sekolah ini.

Dan Shinji bukan tipe yang berkelompok.

Sebaliknya, dia tidak baik dalam berkelompok.

Dan itulah sebabnya dia berencana untuk pergi sendirian karena dalam situasi berbahaya semacam ini kau bisa kehilangan nyawamu.
Tapi, akan berbahaya untuk Yamaguchi sendirian setelah Kawakami mati, jadi aku pikir lebih baik jika aku mengundangnya pergi denganku.

[Hey, Meisei-kun. Jika kamu mau, bisa kamu cari guru? Kawakami kelihatan aneh.]

Tapi Yamaguchi menolak ide pergi bersama.
Dia menolaknya karena jeritan yang dapat kau dengan dari luar.
Mencari guru ditengah-tengah semua ini tidak lebih dari keinginan dangkal.
Jadi aku tidak bisa pergi bersama-sama dengan seseorang yang begitu egois.

[... Mungkin Kawakami-san akan berubah menjadi monster dalam beberapa menit jadi berhati-hatilah.]

Shinji meninggalkan ruang kelas setelah memberi peringatan pada Yamaguchi.

[Eh? Apa...]

Sementara memanggilku atau lebih tepatnya mengeluarkan keluhan, Shinji mengabaikan dia dan melanjutkan pergi ke koridor.

Segera setelah pergi sedikit, Shinji berbalik.
Dia melihat Yamaguchi tidak meninggalkan ruang kelas.

Itu mungkin menakutkan.
Di tempat menakutkan itu, Yamaguchi menghadap Shinji.

Shinji bisa datang dari lantai lima ke lantai dua.
Bahkan di ruang kelas, meskipun acuh tak acuh dia hanya mengambil apa yang dia perlukan.

Yamaguchi tidak punya hak untuk meminta apa-apa pada Shinji.
Dia tidak punya hak untuk mendorong Shinji ke kematian.

[Sampai Jumpa.]

Shinji mulai menaiki tangga.
Ketika dia mencapai lantai tiga, dia pikir mendengar jeritan dari ruang kelas, tapi dia tidak merasa bersalah sama sekali.

─̶─Chapter 2 END─̶─


Prev | ToC | Next