─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─
Penerjemah : D.Blank13th
Chapter 5
1÷0=Etherealness
Part III
Tiba-tiba─̶─terhadap kilat cahaya yang membakar langit, dan daratan itu, Azriel berteriak.
“A-a-apa-nyaaa!? Barusan, apa seseorang menembakkan [Air Strike]-nya!?” “I-itu tidak jelas! Dan juga tidak ada respon dari dalam Avant-Heim─̶─“
Flugel yang menutupi area singgasana sedang dalam kekacauan, dan bergerak dalam kebingungan.
Ada yang menyebarkan sihir pencari; ada yang menggunakan Shift dan terbang ke langit diluar.
Di tengah-tengah itu, Azriel tiba-tiba, mengingat kata-kata Jibril.
Benda itu bertindak sendirian, benda itumembuat pergerakan aneh, dan bahkan membuat Jibril menggunakan [Air Strike]─̶─
“─̶─Ex-Machina…tingkah monyet adalah keahlian sampah istimewa mereka….”
Apa yang membawa tindakan ini. Ini akan terlihat seperti sebuah serangan pendahuluan dari sisi kami─̶─sebuah tubrukan sempurna.
“Nyaha~, kalian benar-benar meremehkan kami-nyaa, dasar kumpulan logam…!!”
Azriel yang memahami situasi mengeluarkan senyum tak menyenangkan, dan melempar instruksi dalam urutan cepat.
“Rafiel-chan, bersama dengan kelompok sembilan sayap, potong tiap penerbangan yang sepertinya akan menembakkan [Zuibaku] Dwarf, tanpa membiarkan satupun lolos-nya. Sarakiel-chan akan membawa semua sayap dari sepuluh sampai delapan belas dan pergi ke para Elf dengan cepat─̶─“
“Ku─̶─kuku─̶─kuhahahaha!!”
Dengan suara itu, pada saat yang sama tawa hebat itu menggema, semua Flugel berhenti di jalur mereka.
“Hahaha!! Aku mengerti, “kau” adalah yang akan membunuh diriku. Ini
tidak terduga cepat juga hahaha!!!!”
Kepada Sang Raja yang terus tertawa dan bahkan membuat Avant-Heim gemetar, Azriel dengan takut berkata.
“D-dengan segala hormat, tapi tidak mungkin Ex-Machina belaka dapat menghancurkan Raja─̶─“
Tapi seperti yang diduga, Sang Raja─̶─tidak banyak berbicara.
Apakah itu adalah penglihatan Dewa, ataukah itu kemampuan Dewa Perang, dia berbicara seolah─̶─tidak, faktanya dia mengetahui semuanya.
“Ex-Machina? “Apa yang kau bicarakan”?”
Dengan kalimat tunggal itu dia memotong pemikiran Azriel, dan Sang Raja tertawa.
Atau mungkin itu seperti yang dia tahu, seolah menyambut sesuatu yang telah lama dia tunggu-tunggu─̶─dia melihat ke cakrawala.
“Memang masuk akal kalau yang akan menentang diriku yang adalah Yang Terkuat adalah Yang Terlemah─̶─Bukankah begitu, “serigala”?”
(TL Note: untuk yang lupa, ingat apa yang Riku katakan di chapter 3? Tentang bagaimana “ada seekor serigala berbicara yang menginduksi situasi perang”…)
Itu benar─̶─setelah menyusun kata-kata itu, Sang Raja mengangkat lengan kanannya.
Hanya dengan itu─̶─hanya dengan itu Avant-Heim gemetar, ruang, danwaktu mengerang.
Diantara para Flugel yang berbaris di tempat itu, sebuah suara seperti teriakan kecil terdengar. Sang Raja, mengumumkan.
“Semuanya─̶─ke posisi masing-masing.”
Dengan beberapa kata itu yang menghapus instruksi Azriel adalah, hanya satu hal.
Kekuatan penuh─̶─Dewa Perang, Dewa terkuat, Raja di kalangan semua Raja, Sang Raja─̶─
Itu akan mengumpulkan [Air Strike] dari semua pecahan yang adalah Flugel dan mengikat mereka semua bersama dan melepas, satu serangan yang dibuat dari serangan tak tertandingi dan serangan terobosan yang benar-benar terarah.
─̶─[Divine Strike]─̶─
“D-dengan segala hormat Rajaku, kumpulan mainan itu benar-benar merencanakan ini-nya!?”
Membuat dia menembakkan [Divine Strike] melalui pertempuran dengan persekutuan, dan mereplikasi dan mengimitasi itu adalah tujuan Ex-Machina.
Pada Azriel yang memohon seperti itu Sang Raja berbicara, dengan kearoganan yang dikhususkan untuk dirinya sendiri.
“Terus memangnya apa.”
Dengan sepasang mata emas ganas yang melihat dengan penantian, Azriel berdiri seperti dia tersambar petir.
Sang Raja adalah Dewa (Raja) terkuat, dan kami adalah bawahannya.
Sang Raja itu mutlak. Sang Raja itu yang terkuat. Yang kuat dengan kata lain Sang Raja, dan yang lemah dengan kata lain─̶─semuanya selain Sang Raja.
Jika yang lemah meggunakan rencana dengan trik murahan, apa yang harus dilakukan oleh yang kuat, oleh Raja, oleh Dewa, oleh Tuanku─̶─?
Merasa malu pada dirinya sendiri yang melupakan itu untuk sesaat, Azriel berteriak.
“Semua Flugel─̶─siapkan [Divine Strike]─̶─percayakan semuanya pada Artosh-sama-nya!”
Seperti Azriel beberapa saat yang lalu, ada yang bimbang karena khawatir tentang tiruan Ex-Machina.
Sang Raja tidak berbicara. Namun niat suci yang dimuat dalam seringai ganas itu, berbicara melalui Azriel.
“Sang Raja adalah yang terkuat─̶─tidak tertandingi di antara surga dan bumi! Maka!! Di depan trik murahan dan rencana bodoh yang digunakan oleh yang lemah, apa
yang perlu ditakuti, apa yang perlu dibimbangkan, apa yang perlu diragukan-nya!!” Bereaksi pada kata-kata Azriel, para Flugel berkumpul dan membuat sayap mereka mengalir.
“Bersukacita atas kebencian, melahap murka, membiarkan pemberontakkan! Yang mencintai kebodohan adalah Sang Raja, Sang Raja yang menciptakan Flugel─̶─Raja Satu-satunya, perwujudan dari yang terkuat, berikan sayap-sayap itu untuk keputusan Sang Raja, dan tunjukkan-nya!”
Bagi orang-orang dungu itu yang tidak tahu apa Sang Raja itu─̶─
“Selama kau mau─̶─injak-injaklah segalanya, itulah apa maksudnya menjadi [yang kuat]!!”
Saat para Flugel melepaskan kekuatan yang mereka miliki, Sang Raja memperdalam senyum puasnya.
Dan kemudian dia mengumumkan, dengan suara sunyi yang membuat langit dan bumi bergetar.
“Kumpulan orang tidak penting (Mesin dan Elf dan Dwarf dan Naga), kumpulan orang bodoh yang menyatakan dirinya sendiri Dewa di depanku─̶─tidak ada yang istimewa.”
Tidak peduli apakah itu, pada akhirnya mereka semua bukan apa-apa selain orang tidak penting.
Segala hal di semesta, apa saja di surga atau bumi, ketika berhadapan dengan kekuatan yang menghancurkan segalanya secara semesta, semuanya bersamaan akan kembali menjadi abu.
─̶─Itulah, keputusan dari Dewa Perang Artosh yang adalah yang terkuatdan Raja (Dewa) dunia.
Semua Flugel, menuangkan semua elemen mereka yaitu [Air Strike], di lengan yang terangkat dari Sang Raja.
Tapi seperti yang diduga, Azriel tidak dapat menebak hati Sang Raja.
Saat hukum semesta dikeluhkan, dan urutan bintang-bintang yang terdistorsi dengan lengan itu sebagai pusatnya─̶─
“Aku lelah menunggu, “Musuh Alami”-ku.”
Dia pasti mendengarnya, bisikan kecil dari Sang Raja, namun maksud itu bahkan
sekarang─̶─
“Jika dihancurkan oleh yang lemah adalah takdir dari yang kuat maka, tentunya yang terkuat adalah [Esensi] dari diriku kan.”
Kekuatan-nya akan terwujud, metode-nya akan ditunjukkan, dan yang terkuat akan menentukan.
Di tangan kanan Sang Raja, sebuah [Kekuatan (Hukum)] yang tidak ada seorang pun di dunia ini dapat melakukan sesuatu tentangnya, mulai berkumpul.
Bahkan tanpa berdiri dari singgasana, seperti yang diduga tangan kirinya menopang pipinya, dan seringai garang-nya roboh.
Dia melebarkan sayap terang putih bersinarnya, dan bersamaan dengan kegembiraan yang memenuhi dadanya, Sang Raja─̶─berkata.
“Kalau begitu─̶─menarik kesimpulan dari hari ini, aku akan mengetahui pertanyaan abadi diriku.”