Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 2

1x1=Aimless

Part XIII


Kemudian─̶─tak lama setelahnya. Saat yang ditakdirkan akhirnya tiba.

“Riku!! Ini buruk, teleskop menangkap 6 Dragonia dan beberapa armada Dwarf menuju arah kita!!”

Menonton Simon yang berlari dengan muka pucatnya, dia mengatakan pada Coron.

“Arah perjalanan mereka masing-masing adalah Utara dan Timur barat! Jika mereka bertabrakan, 9 mil timur dari koloni akan jadi medan perang.”

─̶─suara jeritan menggema di koloni menyatakan akhir saat damai.

Riku menginstruksikan untuk makanan dan barang-barang lainnya untuk dibawa keluar, secara efisien mengarahkan pekerjaan untuk mundur total.

Sementara itu, Riku, ShuVi dan Coron menggambarkan jarak efektif medan perang.

Mereka menemukan 28 tempat lain dari investigasi 5 tahun lalu, dan menentukan lokasi yang paling sesuai untuk tempat berlindung.

Melengkapi persiapan untuk mengevakuasi 8 jam sebelum pertempuran dimulai, mereka mulai bergerak, kemudian....



─̶──̶──̶─........

Koloni dari hampir 2000 orang menyaksikan rumah mereka ditelan oleh cahaya dan lalu menghilang.

Mayat berjumlah kurang dari 200, yang semuanya mati saat memimpin orang-orang mengevakuasi terakhir.

Di saat dimana pertempuran terjadi di dekat koloni, kerugian mereka jauh lebih kecil dalam jumlah.

Namun melihat koloni dan bukit batu menguap, orang-orang di tempat

tinggi mulai menangis.

─̶─ini alami. Coron yang memikirkan hal ini mengepalkan tangannya yang gemetar. Jika orang kehilangan rumahnya, maka bangun kembali. Meskipun logikanya bisa dipahami.

Teleskop yang mereka susah payah perbaiki hilang. Itu tidak bisa membantu, mereka harus menerima bahwa segala sesuatu terjadi karena saat ini.

Informasi, map, alat pengukur dan setiap hal penting lainnya dibawa keluar─̶─tapi.

Hal-hal penting tidak selalu terlihat. Upaya dan pengorbanan yang diperlukan untuk mempertahankan koloni, kenangan tinggal di sana, serta doa-doa dan keinginan mereka.

─̶─semua itu menghilang dalam sekejap,

Dan itu karena peluru nyasar yang tidak memiliki niat jahat atau maksud untuk menghancurkan rumah mereka.

Seseorang yang tidak menangis akan jadi abnormal. Orang yang melihat semua ini gila.

Memang, hidup mereka terselamatkan. Namun, apa yang bisa hidup mereka lakukan setelah ini? Mengulangi pengalaman ini sekali lagi?

Membayar untuk kenangan menyedihkan dari air mata, pengorbanan dan menggigit bibir. Dan sekali lagi, menghilang seolah itu adalah sampah?

Di saat dimana Coron tidak bisa tahan lagi dan hendak mulai menangis, Coron melihat punggung sosok adiknya.

“Riku.....Ri, Riku!!”

Coron berlari menuju sosok yang memeluk lututnya sendiri dan terus menerus gemetar.

“Riku, bertahanlah! Dengan begitu banyak orang yang hidup, Riku telah melakukan yang terbaik!”

─̶─dia sudah dibatas kemampuannya.

Berhenti membuat alasan, Coron memperingatkan dirinya sementara menenangkan pikirannya.

Aku tidak bisa lagi mengandalkan adikku, membiarkan dia menanggung semua beban....Nanti dia─̶─

“Riku, hentikan, oke? Biarkan Nee-chan untuk ambil alih─̶─“ Sekarag.

“─̶─ShuVi, terekam?” “...Tidak...Masalah...”

Riku yang mendongak riang, wajahnya memiliki senyum cerah dan merendahkan. “─̶─ah, i, itu? Ri, Riku..?”

Itu adalah indera keenam perempuan, melihat perubahan drastis yang Riku jalani, Coron reflek ingin melangkah mundur.

Tidak akan kubiarkan lari! Tertangkap di pergelangan tangan oleh Riku, Coron mengeluarkan [Ah!].



“Se~perti itu oh Coron, dari sekarang [Tetua] koloni adalah kau, jadi senang bekerja denganmu❤"

“─̶─ha, eh, EH?”

Menyerahkan peta dengan wajah penuh senyum, Riku menegakkan punggungnya dan berdiri.

“Ini adalah lokasi koloni baru. Melewati gua, sisi lainnya harusnya aman.

Meskipun tidak segara bisa dihuni, setelah diatur, itu layak hunu. Karena tempat ini dipilih oleh hal-hal yang kita bawa keluar.”

Mengatakan begitu, Riku bertukar pandang dengan ShuVi berdiri di sisinya.

Kemudian dengan senyum ceria, mereka berjalan pergi ke arah yang berlawanan. Coron yang akhirnya telah menenangkan pikirannya berteriak.

“Tu, tunggu sebentar Riku! Tanpamu,Aku─̶─koloni akan─̶─“

Tidak peduli apa, jika Riku─̶─jika adikknya tidak ada, ingin menggantikannya adalah mustahil.

Coron berteriak, tapi─̶─

“Tidak, tidak akan ada masalah jika Coron ada─̶─karena dari sekarang aku tidak akan membiarkan siapapun mati.”

“...EH?”

“Nah, yakinlah. Aku akan benar-benar terhubung denganmu. Jika itu Coron, aku bisa menyerahkan semuanya padamu.”

Coron menatap kosong saat sosok Riku mulai memudar. “─̶─hey, Riku...”

Dia memanggil namanya─̶─tapi, orang berbalik bukanlah [Riku] lagi.

─̶─tidak, tidak benar. Aku tahu. Ini adalah Riku yang terakhir kali dia temui.

Matanya memiliki entusiasme tak berdasar, tapi si anak memilih untuk menutup hatinya.

Percaya untuk membingkar [Kunci] di hatinya, tidak diragukan lagi gadis muda di sampingnya.

Coron mrludah, namun mendesah lembut.

Meskipun dia sudah menduga bahwa itu akan menjadi jawaban tidak bisa dipercaya, Coron masih bertanya─̶─



“Hey─̶─apa yang kamu rencanakan lakukan─̶─?”



Jawaban yang diharapkan, tidak, jawabannya lebih dari yang diharapkan. Riku asli yang naif, berani dan penuh berapi-api menjawab.

“─̶─hanya permainan. Permainan─̶─anak kecil sederhana akan dimulai oh!”

─̶─Part XIII END─̶─


Prev | ToC | Next