Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 2

1x1=Aimless

Part IX


Setelah setengah hari dia akhirnya di tanah. Secara mengejutkan mudah dengan ShuVi disekitar─̶─pikir Riku.

Itu akan mengambil lima hari perjalanan dengan kuda, beberapa bulan berjalan kaki karena konstan bersembunyi, tapi butuh setengah hari untuk ShuVi yang membawa Riku.

“....Jadi ini adalah kota hancur Elf...” ini adalah tempat yang Riku sering kunjungi tahun lalu.

Bangunan yang ditenun dengan pohon-pohon sudah runtuh. Meskipun tanda bakar jelek masih tersisa, kota itu perlahan mulai dibayangi oleh bungan dan tanaman, seperti sebuah taman yang elegan.

Dengan langit yang berwarna merah darah dan tanah yang mulai diserang oleh abu hitam

─̶─meskipun dunia ini seperti kematian, tempat ini masih menerima perlindungan dari Dewa. Seperti yang diharapkan dari ibukota yang dibangun oleh pencipta elf, Dewa hutan. Riku sinis mengatakan.

Mereka adalah orang-orang yang melemparkan planet ini kedalam neraka, namun mereka merubah rumah mereka sendiri menjadi daerah hiburan.

Setelah mereka berdua berjalan bersama beberapa saat, mereka akhirnya berhenti di tempat tujuan.

Di tengah reruntuhan yang hancr dan terbakar, ada sebuah bangunan yang bertahan bentuknya.

Riku bertanya.

“Apakah ini...perpustakaan?”

“....Mungkin...Dibandingkan, dengan fasilitas lain...dan tingkat pembunuhan dikota....Disini, kerusakannya kecil....”

Ini berarti selama penyerangan dari Flugel, ada prioritas untuk mempertahankan tempat ini.

Mungkin itu telah menjadi  fasilitas perlindungan, fasilitas yang memiliki bahan penelitian─̶─atau ini hanya fasilitas penyimpaan.

“....Begitu. ini mungkin perpustakaan.”

Tidak dapat menemukan pintu, mereka berdua menyelinap kedalam gedung menggunakan celah dari pohon.

Apa yang tertampilkan didepan mereka adalah─̶─

Gaya arsitektur indah ini masih sama bahkan setelah masuk kedalam, sulit untuk menentukan apa kegunaan bangunan ini dari dalam.

Mereka bisa melihat apa yang tampak seperti rak buku di antara barang-barang lainnya.

Namun, itu dikosongkan. Tampaknya buku-bukunya telah dipindahkan...Tapi ini cukup.

“Pengetahuan yang tak diperlukan mereka, mungkin terbukti menjadi berarti bagi kami....”

Mengatakan begitu, Riku memeriksa daerah itu dan memeriksa sisa kertas-kertas serta buku-buku yang rusak sebagian.

“...Riku, bisa membaca bahasa Elf...?”

*sha la sha la* Melihat Riku yang menelusuri buku-buku, ShuVi bertanya.

“Dwarf, Elf, Demon, Fairy, Werebeast─̶─kau ingin dijawab dengan bahasa apa?”

ShuVi menatap Riku dengan takjub dalam menanggapi jawaban acuh tak acuh Riku. “...Kenapa, sangat, banyak....”

“Karena kau tidak bisa selamat tanpa mengerti. Tidak akan berharga untuk mengambil informasi yang tidak bisa kau baca.” Dengan tanpa kebencian maupun kemarahan, Riku mengatakan itu dengan ekspresi fokus.

─̶─ShuVi tahu Riku saat dia membuat ekspresi seperti itu, mata seperti itu.

Itu adalah ekspresi yang Riku buat ketika dia sangat ingin menang melawan ShuVi dalam catur.

“Manusia hanya terbunuh sia-sia. Tapi melalui kata-kata, catatan dan sejenisnya, kita

Dapat memahami sifat masing-masing ras, bahasa, dan kebiasaan mereka. Ini adalah hukum tak tertulis yang tersebar hingga sekarang.”

Dengan mata hitam yang tidak memantulkan cahaya apapun, Riku menceritakan kelemahan mereka dan betapa rapuhnya manusia. Manusia hanya bisa berjalan sejauh ini. Tapi ada sesuatu pada sepasang mata yang ShuVi sangat ingin tahu, seperti itu adalah sesuatu yang berbeda dari kata-kata.

─̶─Jangan meremehkan manusia, [Hati] menceritakan ini.



“....Ah.....Riku, Riku...”

Mendengar suara ShuVi yang menjelajah sekitar, Riku mengangkat kepalanya─̶─

ShuVi memotong batu berat yang ada di tanah, dan setelah menggunakan kekerasan untuk memutar beberapa piringan besi tebal, ShuVi berbalik pada Riku yang bingung dan dengan tenang mengatakan.

“......Di bawah tanah, dipasang....Dengan kamuflase.....Sebuah ruang..Ada ruang bawah tanah....Oh?”

Ekspresi Riku menegang ketika dia melihat ShuVi dengan mudah mengangkat pintu logam di atas kepalannya yang hampir sepuluh kali tinggi badannya.

─̶─......

Setelah ShuVi mengkonfirmasi jika ada aktivitas biologis, mereka berdua berjalan menuruni tangga. Kemudian─̶─

“...Apa, ini.”

Dihadapkan dengan pemandangan luar biasa yang ditampilkan di bawah tangga panjang, Riku mengeluarkan suara terkejut.

Sebuah aula yang luas, ada pilar besar yang didirikan di tengah aula.

Ada segudang pola merah diukir pada permukaan pilar putar.

".....Seratus delapan puluh....Pola, simbol perlindungan

Dewa Cainasu?....Tidak.”

ShuVi yang langsung mengetahui jumlah pilar mencoba untuk menganalisis ukirannya, tapi ini terlalu banyak.

“....Membandingkan dengan database Elf....Prosedur, ukirannya....

Benar-benar...Berbeda?...”

“Itu pasti salah satu dari usaha untuk menghasilkan sesuatu atau hal baru yang ShuVi tidak ketahui.
Namun, hingga sekarang, tidak peduli apa yang orang-orang itu ingin lakukan, bahkan mengatur planet untuk meledak atau sesuatu, tidaklah mengherankan. Tapi dibandingkan dengan mereka─̶─“

Dari sudut pandang manusia, menghembuskan planet dan menghancurkan daratan tidak memiliki banyak perbedaan.

Riku menyeka debu dari dasar pilar dan membaca papan nama di atasnya.

“─̶─[Nummber 0 Void defense•Uji pertama verifikasi teori]...ShuVi, apa kau mengetahui sesuatu?”

“Tidak ada, apapun....Dengan Elf,  barang....Media,penggunaan Sihir, pada dasarnya....Tidak ada, tandingan.”

Begitu─̶─ini tidak bisa dimengerti, tapi [Intuisi] Riku mengatakan padanya.

“Tidak peduli apa, tidak akan baik untuk tinggal terlalu lama. Meskipun aku tidak tahu ada, periksa disekitar setiap kertas yang tersisa dan ditinggalkan.”

ShuVi menganggukkan kepalanya dan dengan cekatan mengumpulkan sisa-sisa kertas. Riku menyadari selembar kertas di antara tumpukan.

“...Bahkan nama [Pengembang]nya harus ditulis dalam kode, apa sebenarnya ini....”

Melihat daftar nama yang diisi dengan kode rahasia, Riku merasa tubuhnya gemetar.

─̶─Part X END─̶─


Prev | ToC | Next