Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 1

3-1=Hopeless

Part III


─̶─menggunakan upaya terbaiknya untuk menenangkan detakan jantungnya yang keras.

Menahan nafasnya bersamaan dengan tubuh yang gemetar, Ivan melihat Riku yang juga bersembunyi.

Riku mengambil pisau kecil dari sarung tangannya dan tak ragu memotong ujung jari telunjuknya.

(....Tak ada yang berubah....)

Menekan sarafnya yang terbuka ke tanah, kecerdasan itu diperoleh oleh ujung jarinya, lalu itu ditransmisikan keindera lainnya, terutama telinganya.

Menggunakan mata untuk mengecek terlalu beresiko. Itu sama dengan bunuh diri pada saat ini.

Namun, menempatkan telinga pada tanah dapat dilakukan. Suara dari luar bisa terdengar.

Menggunakan cara ini yang jauh lebih rasional, Riku selesai menganalisis [Musuh] yang tidak sengaja menunjukkan dirinya.

Tingkatan getaran dan irama suara menghasilkan beberapa kesimpulan. Ivan menjilat bibirnya didalam topeng gasnya, mengamati dengan seksama gerak tubuh Riku.

─̶─....Sekitar 180 kaki, ras berkaki dua, satu, berat dan lamban─̶─mungkin dimaksudkan sebagai trik.

Dari gerakan Riku, tinggi [Musuh] sekitar─̶─[Dua belas kaki].

Tiga kali lebih besar dari manusia, tak heran itu lamban─̶─singkatnya, itu seharusnya sedang mencari sesuatu....?

Punggung Ivan penuh keringat.

Lalu, dari telinga mereka datang suara raungan, menggetarkan seluruh area sekitar (Sial, itu Demonia!!)

Mereka yakin bahkan tanpa gerakan Riku.

Sebuah Phantasma mutant─̶─iblis yang dibuat oleh [Raja Iblis].

Pada dasarnya, mereka secara mental adalah monster terbelakang. Mengatakan kalau mereka adalah makhluk buas yang tidak diberi cukup otak tidak terlalu jauh dari kebenarannya.

Terlepas dari kekuatan besarnya, itu menyadari [Mangsa] mereka─̶─ini karena mereka makhluk tak sempurna yang kehilangan insting diam-diam mendekati mangsanya. Sekarang, adalah hal berkeliaran didekat Demonia atau salah satu varian dari ras yang lebih rendah. Diperkirakan menjadi pemakan manusia dan bukit roh─̶─dalam hal ini, sebuah pertarungan dengan kekuatan kita yang sekarang?

─̶─mustahil. Ini jelas. Ya─̶─sangatlah mustahil.

Bahkan jika lawan mereka Demonia yang rendah─̶─manusia masihlah tumpukan daging ketika berhadapan melawan mereka.

Mereka tidak mengintai sekeliling seperti makhluk buas atau memberi peringatan, karena itu tidaklah perlu.

Mereka kuat, mereka selalu memecahkan semua masalah dengan kekuatan mereka sendiri. Ini telah selalu menjadi jalan hidup yang lembut dan rasional bagi mereka.

Senjata ditangan mereka....tidak, bahkan jika mereka menyusun rencana yang sangat cermat, tak ada manusia bisa membunuh Demonia.

Semua tindakan mereka sia-sia.

Bahkan jika mereka menggunakan semua akal mereka, strategi, dan jebakan untuk diluncurkan menyerang melawan Demonia─̶─apa gunanya?

Ini hanya akan dapat dirasakan oleh Demonia yang [Unggul] dengan kebijaksanaan yang lebih tinggi dan mereka bisa mengerti [Ancaman] dari manusia, benar?

kepunahan manusia bisa ditemui dengan tanpa perlawanan. Jadi mereka hanya punya satu jalur tindakan dalam keadaan begini.

Tak ada punya pilihan lain.

.....[Kita tidak ada, kita tidak bisa ada, jadi kita tidak bisa dirasakan]....

Perlawanan manusia tidak diizinkan, atau juga mereka bisa jadi [Mangsa] yang diburu. Dalam hal ini─̶─

Ivan menduga hasilnya.

Membalik perlahan kepalanya, dia melihat Riku─̶─yang mengatakan perkataan selanjutnya. “Ivan, aku memerintahkanmu.”

Riku mengumumkannya begitu saja. “─̶─matilah disini.”

“Bersumpah pada perintah. Serahkan padaku.” Tersenyum kecut─̶─Ivan tidak ragu untuk menjawab.

Mempercayakan tasnya pada Allei, Ivan mulai berjalan kedepan. “Oi, oi....”

Berhadapan dengan Allei yang memegang tas dengan tangan yang gemetar, Ivan menasihati sembari tersenyum.

“Kau mengertikan, Allei. Disini, seseorang harus dikorbankan.”

Ya─̶─seseorang harus menjadi umpan. Sementara dua sisanya mencari kesempatan untuk melarikan diri. Tak ada jalan lain.

180 kaki─̶─sekitar 8 detik untuk manusia capai dengan berlari.

Melawan Demonia yang menutup jarak─̶─tak ada pilihan lain.

Jika mereka bertiga melarika diri, ini masih akan menyebaban kematian. Hal terburuknya adalah dikejar menuju koloni─̶─bahkan meski pengetahuan musuh rendah, hal seperti ini masih mampu dilakukan.

Riku harus mempertimbangkan [Siapa] dan [Dimana] akan melakukan perngorbanan.... “Riku itu penting, dan untuk Allei, kau masih muda. Sudah pasti siapa yang

harus menjadi umpan kan?” “Tapi─̶─karena ini...!” Ivan tersenyum.

Dia lalu membuka ikat kunci didagunya dan melepaskan perlahan topeng debuya. “Ivan....!?”

Udara dingin bertiup dikulitnya membebaskan rasa tegangnya.

Angin menguapkan keringat ditubuhnya dan meniup bau kulit binatang itu pergi, membawa perasaan yang sangat nyaman.

“Jangan memikirkanku. [Demi melindungi teman dan keluarga]─̶─alasan kematian ini sangatlah mulia kan?”

Mengatakan ini, Ivan menyerahkan topengnya pada Allei yang masih gemetar. “..Sialan. Siaaaaaa─̶─ANNN!”

Menepuk bahu teman lamanya, Ivan berbalik.

Ivan berpaling ke arah Riku─̶─melihat menembus pelindungangin ke pupil hitamnya, dia mengatakan.

“Selamat tinggal, Riku. Aku serahkan keluargaku─̶─anakku, dalam perawatanmu.” Riku masih tak acuh.

Melihat Ivan yang menatapnya, dia mengangguk. “Ahh, serahkan padaku.”

.......

“Aku juga minta maaf.”

Mendengar perkataan Ivan, Riku menjawab balik dalam terkejut. “...Kenapa kau meminta maaf?”

“Aku juga minta maaf.” “Oi, Ivan. Kau....”

Suara gemetar Allei terdengar dari belakang punggung Ivan.

Sebagaimana untuk menyembunyikan perasaan sesungguhnya, Ivan membelakangi Riku. Lalu, dia melambaikan tangannya.

“Allei, bersama bagianku, jagalah Riku. ......Nah, aku akan pergi(Mati) oh.”

─̶─Part III END─̶─


Prev | ToC | Next