─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─
Penerjemah : D.Blank13th
Chapter 3
1+1=Deathless
Part I
Jauh dari gua, setelah peta daratan koloni baru diserahkan pada Coron.
Orang yang membuat markas, menerima perintah hingga akhir, dan kehilangan hidup mereka─̶─
Itulah bagaimana itu dibuat. Seratus tujuh puluh sembilan [hantu], termasuk Riku dan Shuvi, berkumpul disekitar meja bundar.
Setelah melihat masing-masing wajah mereka, Riku─̶─sang [Kepala dari para Hantu] perlahan berbicara.
“Akhir dari perang itu mungkin datang suatu hari─̶─aku lelah menunggu untuk “masa depan yang takkan datang” ini.”
Meskipun semua orang disana menjadi terdiam, Riku melanjutkan dengan bersemangat.
“Sementara tetap melarikan diri dan selamat di dunia sialan ini, kau akan berdo’a untuk akhir dari perang?─̶─Pada siapa?”
Dia mengatakan itu, seolah melempar sesuatu yang dia selalu ingin katakan tetapi dia tahan.
“Pada para penghancur yang memanggil diri mereka sendiri Dewa!!? Pada surga atau pada sesuatu yang lain yang tidak dapat menghentikan mereka!!? Hidup dan selamat di dunia sialan ini hingga akhir dari perang─̶─dan lalu!? Setelah itu apa!?”
Menggerakan tangannya dalam gaya yang melebih-lebihkan, Riku mengaum seolah mengibaskan emosinya.
“Nampaknya mereka berkonflik-konflik untuk mencari Tahta dari Sole God(Tuhan Tunggal), tapi kumpulan sampah itu berpartisipasi dalam perang ini, tak masalah yang manapun dari mereka yang berakhir sebagai pemenang! Apakah kalian pikir kalian bisa menduga hal itu hingga itu menjadi lebih baik daripada yang sekarang!?─̶─HUH!?”
Dan dalam sekejap, Riku menurunkan suaranya, dan mengatakan dengan suara yang kekurangan kehangatan.
“Inilah saatnya kita mengakuinya. Di dunia ini─̶─sesuatu seperti harapan─̶─tidaklah ada.”
─̶──̶─
Jika ini hanya menyadarkan maka mereka sudah menyadarinya, tetapi hati mereka akan remuk jika mereka mengakui fakta ini. Oleh perkataannya, para [Hantu] menurunkan kepala mereka.
Itulah kenapa, ini dikatakan, sementara mereka semua menunjukkan ekspresi kesakitan di wajah mereka─̶─
“Kita, tidak punya pilihan selain untuk “membuatnya”─̶─dengan tangan kita sendiri.”
Setelah mendengar deklarasi kuat Riku, semuanya yang disana menaikkan pandangan mereka.
“Metodenya hanya satu. Pastinya, ini adalah metode bodoh, gila dan tidak waras, mudahnya dianggap mustahil.”
Ide itu bahkan membuat Riku sendiri tidak memiliki pilihan lain selain tersenyum pahit.
“Kita adalah [Hantu]─̶─Kita adalah satu-satunya yang tidak tertarik siapapun, dan satu-satunya yang tidak tinggal di perhatian siapapun.”
Riku memandang gadis yang berdiri disisinya.
“Kita adalah [Hantu]─̶─tapi meskipun kita tidak diakui oleh siapapun, kita adalah orang yang berjalan dengan kehendak menyampaikan warisan.
Kearah mata merah, yang membuatnya berpikir bahkan ini jadi mungkin.
“Itulah bukti bahwa kita “masih” ada... Bukti bahwa dunia “masih” belumlah berakhir.”
Riku sekali lagi memantapkan pikirannya, dan mengencangkan wajahnya.
“Ayo berhenti bertingkah jadi pintar. Kita, manusia, itu bodoh.”
─̶─Dan lalu dia menegaskan. “Seperti─̶─ayo “bertarung”.”
─̶─Bertarung. Bukan lari, tapi bertarung.
Tepat setelah Riku mengatakan itu, seratus tujuh puluh tujuh pandangan terpusat padanya. Tetapi Riku tertawa lemah.
“Itu benar, ayo bertarung. Semua musuh yang berdiri di jalan kita, tak peduli siapakah itu, dengan kekuatan kita─̶─dengan kata lain,dengan “kebodohan”. Bodohi semuanya; akali, seperti [hantu]. Seperti yang lemah. Jenis metodenya tidaklah penting, lakukanlah tanpa malu dan bangga. Disanjung dengan kepengecutan. Dipuji dengan kevulgaran. Dihormati dengan kerendahan diri─̶─!!”
─̶─Dan lalu, “Jadilah pemenang.”
─̶─Itu benar, apa yang harus didapatkan adalah sebuah kemenangan tunggal.
“Kekalahan tanpa henti yang bertumpuk dan berbaris, akan dibatalkan dengan mengubahnya menjadi kekalahan yang penuh arti, satu kemenangan itu.”
Riku memikirkan tentang ini juga, ditengah keheningan, hal yang siapapun bayangkan.
Orang yang Riku katakan untuk bertarung terhadap─̶─mereka yang tanpa identifikasi, orang-orang yang mengurangi perabadan ke ketiadaan.
Orang-orang yang bisa dalam kehendak tunggal, membuka sebuah lubang di sebuah gunung, mengubah samudera menjadi daratan, dan melumat bintang.
Apa yang menyelimuti ruangan, adalah tawa. Sementara semuanya terkagum dan mengeluarkan tawa, Riku juga tertawa.
“Itu benar, kita akan menantang itu─̶─dan menang. Sebelum ketidak masuk akalan itu, semua yang bisa kita lakukan, adalah tertawa seperti idiot ‘kan?”
Ya itu benar. Tidaklah mungkin kita bisa tinggal tanpa tertawa ‘kan─̶─Itulah tepatnya kenapa.
“Itu, adalah bukti bahwa kita adalah manusia. Bukti dari kebodohan. Ini adalah takdir terakhir─̶─dari keberadaan kita.”
Setelah mengatakan itu, dan melihat sekeliling pada wajah dari seratus tujuh puluh tujuh orang, Riku mengatakan.
“─̶─[Akhir dari Perang Besar]─̶─itulah kemenangan tunggal yang akan kita dapatkan.”
..........
Hanya dengan tubuh manusia, mereka akan mengakhiri perang besar abadi dari para Dewa.
Terhadap penegasan Riku, seratus tujuh puluh tujuh orang─̶─tidak, bahkan ShuVi yang disisinya melihatnya dengan mata yang membulat.
“Nah, kondisi kemenangannya~... bahkan jika aku melanjutkannya dan mengatakannya, itu begitu parah sehingga kalian semua akan mulai bengong, tapi...”
Tapi Riku, dengan senyum seperti anak kecil yang berhasil dalam sebuah kejahilan, menerimanya─̶─dan mengingatnya.
─̶─Ketika dia masih kecil, dia berpikir bahwa dunia itu sangatlah sederhana.
Tidaklah ada kompetisi yang mana tidak bisa dimenangkan, dan kerja keras pasti akan terbayarkan. Segalanya itu mungkin.
Itu adalah pemikiran ketidaktahuan dan bodoh seorang anak kecil yang tidak mengetahui apapun.
Melihat dunia dengan mata yang murni dan jernih dan memikirkan itu, apa itu salah─̶─
“Dunia ini... adalah sebuah [game] yang sangat sederhana.”
─̶─Aku tahu itu─̶─Aku tidaklah salah.
“Para Dewa hanya melakukan apapun yang mereka rasa sukai untuk menemukan Tahta dari Tuhan Tunggal [Star Grail], sementara menikmati permainan dengan segala peraturan yang ada.”
Riku pikir─̶─maka ceritanya sederhana, ‘kan?
“Maka─̶─disini juga, kita hanya harus membuat aturan yang kita inginkan.”
Sementara mengatakan itu, Riku memainkan sebuah bidak catur ditangannya─̶─dan melihat pada ShuVi.
ShuVi bilang bahwa dia ingin tahu jawaban yang [Hati] Riku tunjukkan. Lalu ayo jawab─̶─
Setelah mengatakan itu, Riku melihat ShuVi mengangguk.
Tertawa tanpa takut─̶─dia mengumunkan (jawaban)<Aturan>.
“<Aturan 1> Tak ada satupun yang harus dibunuh.”
─̶─Alasannya adalah, jika kau membunuh kau akan dibunuh. Pada intinya, itu karena aku tidak ingin membunuh siapapun.
“<Aturan 2> Tak ada satupun yang diizinkan mati.”
─̶─Alasannya adalah, jika kau membiarkan seseorang mati kau akan mati. Pada intinya, itu karena aku tidak ingin membiarkan siapapun mati.
“<Aturan 3> Tak ada satupun yang harus dikorbankan.”
─̶─Alasannya adalah, jika kau dikorbankan kau akan mati.
“<Aturan 4> Tak peduli metodenya itu tidak ilegal.”
─̶─Pada intinya, jika kau tidak dikorbankan, tak peduli apa metode ilegal yang digunakan tidak akan terlihat sebagai ilegal.
“<Aturan 5> Tak ada satupun yang peduli tentang aturan mereka.”
─̶─Alasannya adalah, jika kau berbagi panggung mereka itu akan pasti jadi kekalahan. Pada intinya, itu karena hal saling membunuh ini harunsnya makan tahi saja.
“<Aturan 6> Apapun yang menentang hal diatas, akan dianggap sebuah kekalahan.”
─̶─Alasannya adalah, aturan yang tidak ditegakkan itu tidak ada artinya.
─̶─Pada intinya, itu karena tidak layak untuk dirasakan, dalam kemenangan yang menentang salah satu dari mereka.
Dan itulah semua─̶─melakukannya dengan cara yang kuinginkan.
Pada jawaban (aturan) yang diberikan [Hati] Riku─̶─Riku sekali lagi melihat pada seratus tujuh puluh tujuh orang.
“Kita adalah [Hantu]─̶─Tanpa membunuh bahkan satu orangpun, dari ras apapun, termasuk Old Deus. Bahkan tidak menjadi yang dirkonbankan. Hanya─̶─[dengan menginduksi situasi perang]─̶─kita akan mengakhiri perang ini.”
Sebuah aturan emosional, persis apa yang tepat disebut “omong kosong anak kecil”.
Tapi pada saat yang sama, jika itu untuk mengakhiri perang hanya dengan tubuh manusia, maka tak ada jalan lain.
Megakhiri perang hanya dengan tubuh manusia─̶─karena itu sendiri sudah sebuah “omong kosong anak kecil”.
“Ini bahkan tidak perlu disebutkan tetapi, jika kita gagal itu akan menjadi pemusnahan kita. Jaminannya adalah, nah~ sangatlah tak berguna. Ada seekor serigala bicara yang meginduksi situasi perang─̶─bahkan jika hanya fakta ini yang memasuki pandangan mereka semua, pastinya segalanya akan berakhir.”
Pendeknya─̶─Riku meringkas.
“Akhir dari Perang Besar (menang), atau kejatuhan kita (kalah). Ini adalah pertaruhan segalanya atau tidak sama sekali, tanpa draw atau pengunduran diri.”
Dan lalu Riku membiarkan semua orang mengintip “sifat asli”-nya, sesuatu yang tak seorangpun ditempat itu pernah lakukan.
“Musuhnya adalah [Dewa], perwujudan dari keputusasaan, dengan kekerasan yang membakar melalui surga dan bumi. Kesempatan kemenangan itu jauh di akhir dari satu banding seratus triliun . Semenjak membuat segalanya sukses sementara beraksi mengubahnya adalah kondisi kemenangan kita, maka bahkan jika kita menang, itu tak akan ada di ingatan siapapun, ataupun di rekaman apapun, maupun itu akan dibicarakan. Kita adalah [Hantu] dan sejenisnya, [Hantu] tidak berbicara. Tapi kalian tahu, jika─̶─“
Setelah mendefinisikan dunia gila tak waras ini sebagai [game] dan melakukan manuver untuk menantangnya, dengan senyum yang luar biasa
“Jika, kita benar-benar menyelesaikan [game] ini... Jika kita berhasil untuk [menang]─̶─“ Dia mengeluarkan, seakan mendefinisikannya. “Tidakkah kalian pikir bahwa, kita dapat mati dengan bangga, mengetahui bahwa kita hidup lebih keren daripada yang lain?”
........ Nah lalu.
“Aku hanya ingin orang yang ingin memulai [game] semacam ini─̶─untuk tetap berada di tempat ini.”
Setelah selesai mengatakan semuanya, Riku menutup matanya dan menunggu untuk orang-orang yang menyerah.
Dia tersenyum pahit didalam. Tidak ada banyak orang─̶─idiot, yang akan bergabung [game] semacam ini diluar sana.
Orang-orang yang Riku pilih─̶─mereka semua tanpa kecuali, adalah pemilik kecerdasan dan keterampilan unggul..
Beberapa kali mereka berakhir di ambang kematian, dan beberapa kali itu mereka selamat─̶─melihat dari sudut pandang para dwarf mereka adalah sampah tak bernilai. Bahkan saat menjadi sampah, mereka adalah pemilik dari kemampuan luar biasa─̶─itulah kenapa, Riku tersenyum pahit didalam.
─̶─Mungkin, tak akan ada yang tersisa kan. Mereka tidaklah gila. Jika itu tentang menjadi bodoh, maka aku sendiri sudah cukup.
Jika itu akan jadi seperti itu maka, itu tidak bisa membantu. Yang terburuknya, dengan ShuVi─̶─kita akan tunjukkan bahwa kita akan membuatnya terjadi dengan hanya kami berdua.
Kesempatan menang adalah berada di ujung nol, sejauh itu melampaui cakrawala dingin Nirvana.
........Nah, sejujurnya aku tidak pernah memikirkan beberapa rencana yang kami bisa lakukan sesuatu tentang itu dengan hanya kami berdua saja, tapi..
Meski begitu─̶─
...............
Saat memikirkan itu, setelah menghitung beberapa menit, dia membuka matanya. “........Ahh~ aku akan jujur oke?”
Riku mengatakan pada semua orang yang disana yang memiliki wajah seolah bertanya hingga kapan dia akan tetap menutup matanya.
Riku mengatakan pada semua orang yang disana yang memiliki wajah seolah bertanya hingga kapan dia akan tetap menutup matanya.
Dia mengatakan pada seratus tujuh puluh tujuh orang─̶─dengan kata lain, terhadap hasil nol orang yang menyerah.
“Kalian semua, aku pikir kalian sedikit lebih cerdas daripada itu, tapi...”
Pada Riku itu─̶─seratus tujuh puluh tujuh [hantu] tersenyum pahit, dan mengatakan.
“Hey hey Jenderal, jangan datang dengan pembacaan yang salah dari sangat awal dong, masa depan akan terlihat suram kau tahu?”
“Riku-san, kau bilang manusia cerdas tapi─̶─pada titik ini apakah kau masih berpikir bahwa hal seperti itu di dunia ini?”
“Gila tidak waras? Sesuatu yang lebih tidak waras daripada dunia ini, terlalu terlambat untuknya ada dimanapun.”
“Jika mereka cerdas maka, mereka akan memilih mati di dunia ini. Dan yang paling cerdas, akan memilih tidak pernah lahir...”
“Yang disini─̶─Adalah orang yang datang dan selamat hingga hari ini─̶─Riku, ini adalah yang kau pilih kau tahu.”
Atau sesuatu seperti itu, semuanya mengangguk sambil tertawa.
“Inilah hal itu, wakil dari orang-orang bodoh melakukan pilihannya, bukan.” Tersenyum pahit─̶─Riku tertawa. Benar, itu tepat.
─̶─Manusia itu bodoh.
Ini persis karena mereka itu bodoh, mereka menghindari jadi terbunuh oleh kebodohan itu dengan memoles pengetahuan mereka, kebijaksanaan mereka.
Apa yang bertahan hingga hari ini─̶─Di dunia tanpa nilai hidup apapun, meski mereka selamat.
Orang-orang yang mempertaruhkan semua pengetahuan, kebijaksanaan dan keterampilan mereka untuk demi itu-
─̶─Orang bodoh yang bangga, jika mereka bukan lemah terhormat, maka akan jadi apa mereka?
“Secara tidak sengaja lahir di dunia ini.” “Hidup tanpa arti sambil meminum lumpur.”
“Tapi mati dengan keren, penuh arti─̶─bukankah ini sempurna.” “Apa ada kebebasan lebih hebat daripada itu, bos?”
“Tapi mati dengan keren, penuh arti─̶─bukankah ini sempurna.” “Apa ada kebebasan lebih hebat daripada itu, bos?”
“Hingga akhir kita akan bertingkah keren dan mempercayakannya padamu. Jalan hidup kita─̶─jagalah itu, Jenderal.”
Riku meyembunyikan wajahnya, seolah kagum dari lubuk hatinya, dan bergumam.
“...Kalian, mau yang ini atau yang itu, kalian semua jadi gila. Begitu banyak bahwa itu handal─̶─nah.”
Seakan, menumpahkan kebahagiaan dari lubuk hatinya─̶─dan lalu─̶─dia melebarkan peta.
Apa yang manusia, demi selamat, telah perbarui selama lima tahun─̶─tidak, bahkan sebelum itu─̶─papan permainan.
Sementara seratus tujuh puluh sembilan [Hantu] termasuk Riku dan ShuVi, melihat papan permainan yang dirajut dengan mayat tak terhitung-
Riku mulai membicarakan tentang rencana mendetail─̶─ “Sekarang─̶─mari mulai gamenya (Saa─̶─Game hajime yo).”
“─̶─Ashieit [Bersumpah pada Perintah].”
Itu benar─̶─Tapi terhadap semuanya yang menjawab seperti biasa, Riku mengatakan.
“...Kata itu sekarang dilarang. Kita bergerak oleh sumpah pada aturan yang kita setujui, bukan oleh perintah.”
Maka─̶─benar.
“Ini adalah─̶─Aschente [Bersumpah pada Persetujuan].”
─̶─Dan begitulah manuver rahasia dari orang-orang yang tidak ada, diam-diam dimulai.
Memiliki harapan untuk masa depan yang dicuri, putus asa bahkan pada keputusasaan, dan akhirnya jadi lelah bahkan oleh itu.
Bukan untuk menunggu, tapi demi mencarinya─̶─armada seratus tujuh puluh sembilan hantu bergerak─̶─