─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─
Penerjemah : D.Blank13th
Prologue
Opening Talk
Part I
─̶─Di masa kecilku, aku pernah berpikir bahwa dunia itu adalah keberadaan yang sederhana.
Setiap kompetisi dapat dimenangkan dengan berbagai cara, dan hanya menggunakan usaha bisa mendapatkan hadiahnya. Semuanya mungkin.
Itulah ketidaktahuan dan pemikiran bodoh seorang bocah.
Melihat dunia dengan mata yang lembut dan polos... apa itu salah?
...... Tentu saja itu salah......
..........─̶──̶──̶─
Dalam ruangan sempit yang diterangi cahaya suram, seorang anak laki-laki memegang sebuah bidak catur. Hanya anak itu yang ada diruangan itu.
Tapi anak itu melihat kedepan kegelapan yang dalam, berpikir serius seperti disana ada orang.
─̶─Permainan yang hebat... dari analisis terakhirku, ini hanya gurauan yang seorang bocah mainkan.
Sang anak sendirian di ruangan. Sementara membayangkan gerakan absolut terkuat, dia menempatkan bidaknya di papan catur.
Caranya berpikir pasti bagai seorang infant (bayi) yang menjadi sentient.
Luar ruangan dipenuhi dengan perasaan ngeri dan kegelisahan... Keputusasaan dihasilkan dari ketidakpastian esok, yang juga membuat malam bahkan lebih dingin.
Hanya didalam ruangan yang seperti dunia berbeda. Kebalikan dari norma, ruang yang suram memiliki suhu yang aneh.
Sang anak memegang bidak sementara berpikir dalam-dalam.
─̶─Sekali orang menjadi dewasa, dia akan secara alami meninggalkan diri dari permainan.
Tapi sang anak tak pernah menganggap hal itu sebelumnya.
Dia menempatkan bidak hitam di papan lagi hanya setelah pertimbangan hati-hati.
─̶─Sendiri oleh dirinya sendiri, dia adalah anak yang bermain game tanpa henti.
Bahkan jika orang disekelilingnya menatapnya dengan mata aneh selama dia tumbuh, sang anak terus lanjut bermain.
Ini karena sang anak tidak mengerti arti dari mata aneh mereka.
Dan juga karena [lawannya] bisa muncul di kegelapan selama dia menutup matanya.
[Dia] hampir berumur sama dengan sang anak, dan mengenakan pakaian sama...sebuah senyum tak kenal takut melayang di wajahnya.
─̶─‘[Dia] sangat kuat’ adalah apa yang sang anak pikirkan.
[Dia] selalu lebih baik daripada sang anak pada gerakan selanjutnya, dan lalu hasilnya akan dipastikan─̶─sebagai kekalahan mutlak.
Sang anak sudah menduga ini sebagai masalah pasti. Terlihat seperti dia takkan pernah menang sekalipun dari awal.
Ini─̶─pertarungan melawan [Dia]─̶─membuat sang anak bahagia tak tertandingi.
Orang-orang disekelilingnya bisa melihat bahwa sang anak selalu sendirian, tapi dalam mata sang anak, sebenarnya ada dua orang, dan tak ada lagi.
Dalam kegelapan yang dalam, dia tak berkata dan diam.
Dia hanya berkeinginan untuk membuat gerakan superior hingga gerakan terakhirnya.
─̶─Gerakan yang lebih tepat... taktik yang lebih hebat! Strategis yang lebih mendalam!!
[Dia] bersorak gembira sementara dia menghadapi anak itu dalam kegelapan yang dalam. Sang anak juga melemparkan senyum tak kenal takut.
...... Sang anak merasa ada yang salah, bahkan jika dia sendirian di mata orang lain.
Dunia itu murni dan sederhana. Jika kau tidak menang, kau kalah. Jika tidak, seimbang dan tak ada lagi.
Maka, terlepas dari hasilnya─̶─bahkan jika selalu kalah─̶─sang anak bisa memikirkan bagaimana untuk mencapai kemengangan selanjutnya.
Inilah [dunia sang anak].
Tapi [dunia] itu tak kenal ampun melanda [dunia individual]-nya.
Tiba-tiba, ruangan gelap itu disinari oleh cahaya terang. Sang anak melihat ke jendela.
Seharusnya itu adalah pemandangan merah tua, namun gelapnya langit malam itu sekarang disegel oleh cahaya bersinar.
Sang anak berteriak kepada orang tuanya, yang buru-buru masuk ke ruangannya, dan menariknya pada pelukan mereka. Dalam mengucapkan kebingungan lengkapnya, dia melihat [itu].
Itu seperti surga dan bumi sedang dihubungkan oleh pilar cahaya itu.
Melihat ke wajah biru, sementara orang tuanya memegangnya dan bertanya apa yang terjadi, sang anak menggapaikan tangannya tiba-tiba.
─̶─Pemenangnya masih belum ditentukan.
─̶─Sang anak memeluk papan yang dia gunakan untuk bertarung dalam sekejap... dan lalu...
Ketika dia melihat keatas lagi, sesuatu yang terlihat tepat seperti retina terbakar sedang bertubrukan menuju kebalikannya.
─̶──̶──̶─........
─̶─Begitu, dunia tak pernah sungguh-sungguh mempunyai game yang sangat sederhana.
Sang anak bangun oleh bau yang sangat busuk. Lalu, sang anak akhirnya mengerti kebenarannya.
Lengan sang anak hangus. Tak dapat menggenggam ibunya, dia melihat ke sekelilingnya....
Keliima indranya tersiksa tanpa alasan dengan pemandangan [dunianya sendiri]...
Mulutnya penuh darah segar. Hidungnya menemukan bau daging hangus. Telinganya mendengar neraka kesunyian. Kulitnya merasakan panas terbakar.
Lalu, matanya melihat dunia telah berubah dramatis. Dia bahkan tak dapat menemukan jejak dari keberadaan yang hidup.
Puing memanjang menuju cakrawala tanpa batas, dan debu mengapung memenuhi tanah yang berubah. Sang anak lalu melihat ke atas langit.
Langit crimson itu terlihat seperti hampir jatuh. Ini ‘hancur’ hingga tingkat terlempar terjalin.
Itu terlihat menjadi perang egois antara dewa yang tidak menempatkan yang lain di matanya.
Itu tidak hanya dapat dihitung sebagai sebagai ‘kejatuhan’.
Bukan hanya dunia kecil dengan rumah sang anak yang terhempaskan tanpa jejak, begitu juga dunia semuanya.
... jadi ini apa yang terjadi. Tepat, tak ada game sederhana di dunia.
Karena tak ada aturan untuk diikuti... karena tak ada hukum, tak ada sanksi bagi pelanggar hak orang lain.
Tapi, sampai saat ini─̶─
Tiba-tiba, berdiri didepan sang anak melalui sobekan asap adalah sebuah sosok yang
telah mendarat di atas reruntuhan.
Sosok itu tidak peduli pada sang anak... kurang hati-hati.
Sosok yang benar-benar dan hanya kurang hati-hati menyadari tatapan lain.
─̶─sang anak menatap pada penghancur yang mengambil semua miliknya, dan berpikir,
Ya, manusia bahkan tidak diperhitungkan sebagai ‘pemain’ di mata [mereka].
Miliknya... dunia Manusia begitu mudahnya dihancurkan menjadi bukan apa-apa selain debu.
Meski melalui ledakan api dan debu... meski sosok tersebut hampir tidak bisa dikenali dalam keadaan seperti itu... “........─̶──̶──̶─“
Setelah menkonfirmasi bahwa mata mereka telah bertemu, sang anak membalikkan punggungnya padanya, dan mengambil langkah pertama.
Menghiraukan perasaan bahwa punggungnya sedang diamati, dia menjauh─̶─jauh menuju tempat abadi yang jauh, demi terus hidup.
Sang anak memegang papannya dengan sangat kuat yang mungkin hampir rusak. Pada hari itu, sang anak menjadi [dewasa].
Dunia ini kacau balau, dan tak ada keperluan didalamnya. Tapi, ini penuh dengan kemungkinan.
Tak ada alasan, dan tak ada rencana, jadi ini pasti tak berarti.
Untuk membuat sebuah ruangan, yang tidak ada dimanapun, untuk seorang anak bermain-main─̶─