Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 3

1+1=Deathless

Part VII


“Sampai kapan kamu akan membuat ShuVi-chan menangis!! Suami gak berguna iniii!!”

Riku mengerang setelah seseorang tiba-tiba melompat dari bayangan dan menusukkan tinju ke perutnya.

─̶─Apa yang terjadi, dia pikir dan mengangkat wajahnya, dan Coron mengatakan sambil berdiri didepannya.

“Untuk saat ini, sebagai kakak perempuan─̶─Aku akan mengatakan ini, selamat atas pernikahan kalian .”

─̶─Hmm, tolong tunggu sebentar, Riku berpikir dan berdiri sambil menekan perutnya.

“Coron─̶─erm, kau lihat... kenapa kau tahu, lebih tepatnya, kenapa kamu disini?”

“Eh? Aku mencapai persembunyian ini. Dan lalu ada suasana yang bagus─̶─Aku tidak punya pilihan selain mengintip kan?”

Coron mengatakan tanpa keinginan yang buruk, dengan wajah seolah bertanya jika ada pilihan selain itu.

─̶─Orang yang menyebut dirinya kakak perempuan ini....sampai dimana─̶─Riku berpikir sambil menggaruk kepalanya,

“Ahh, lalu, karena terus menyembunyikannya dari Coron akan hal itu, maka─̶─“

“Ah, jika itu adalah ShuVi-chan yang bukan manusia maka aku sudah tahu, atau pembicaraan lain selain itu?”

.........

─̶──̶──̶──̶──̶─Huh?

“Tu, tunggu...huh, sejak kapan kamu sadar...”

“Sejak kamu membawa dia ke koloni. Sensasi dari memeluknya membuatnya jelas kalau dia bukanlah manusia, sungguh~”

Sementara Coron bertingkah seperti dia ingin agak tahu kenapa Riku berpikir dia tidak menyadarinya.

─̶─Tiba-tiba, ShuVi mengerti, sambil mengingat-ngingat.

─̶─Sensasi dari hari itu dimana dia ditanya “Tertarik dengan apa kamu dari Riku”.

Apa yang orang ini... Coron, benar-benar ingin tanyakan adalah ini.

─̶─[Dengan niat apa kamu mendekati Riku?]─̶─.

Itulah tepatnya kenapa─̶─ada perasaan kegugupan yang misterius. “...Jika kamu tahu lalu, kenapa, kamu tidak mengatakan apa-apa?”
Jika Coron menyadarinya dari pertemuan pertama kalau dia bukan manusia, maka dia tidak memahami arti dari akting terkejutnya pada Riku yang jadi lolicon.

Dia membawa ras lain ke koloni kau tahu─̶─seharusnya dia waspada, berjaga-jaga─̶─

Sementara Riku terkagum, tapi tanpa ragu─̶─Coron berkata dengan wajah tersenyum seperti seorang kakak perempuan sungguhan.

“Karena, itu adalah gadis yang Riku pilih, kan?” “─̶──̶─“
“Pada awalnya ada keadaannya kan? Riku, waktu pertama dia membawa ShuVi-chan, dia terlihat terlalu banyak peregangan, bahkan sekarang itu terlihat seperti dia akan menghancurkannya─̶─Itulah sebabnya aku juga, bermain-main dengan itu tapi...”

─̶─Begitu. Meski bahkan setelah membaca keadaan kami, dia berpura-pura

kalau dia tidak menyadarinya maka─̶─tidak mungkin selain itu. Terlebih lagi bahwa─̶─dia percaya pada Riku, tidak ada yang lain selain itu.
“Tapi, yah, itu seperti kita tiba-tiba akrab kau lihat!? Aku bisa mendapat adik perempuan seimut ini kau tahu!? Sungguh~ sesuatu seperti manusia atau bukan benar-benar tidak ada hubungannya benarkan!! Kau tahu ShuVi-chan, manusia setelah menikah, mereka membuat keluarga dan berciuman, dan upacara ini berlangsung bahkan sejak
masa lalu kuno─̶─“

“Mereka tidak melakukannya! ShuVi juga jangan mendengarnya dengan sungguh-sungguh, menyingkir dari dia!!”

“Ah, hey Riku! Karena kamu mendapat keluarga─̶─beri dia upacara pernikahan ok!?” “─̶─Coron, aku menghargai perasaanmu tapi, aku sudah, tidak lagi ad─̶─“
Meskipun dia mencoba mengatakan itu─̶─tapi setelah menyadari wajah serius Coron, dia memotong perkataannya.

─̶─Baik itu Riku, atau Coron, mereka tidak memiliki sesuatu yang bisa disebut keluarga.

Mereka sudah...tidak lagi disini.

Kurang lebih secara resmi, karena Riku dan ShuVi, sudah dianggap mati─̶─begitulah....

“Aku akan menjadi pendeta, jadi tetaplah sebagai “pasangan resmi”, ok? Bagaimana kalau kita melakukan upacara pernikahan hanya dengan kita bertiga?”

Tapi tanpa diduga, ShuVi menjawab. “...Aku ingin melakukannya...”
Dia mengeluarkan kata-kata, sambil melihat Riku.

“...Aku ingin menjadi...pasangan nikah, resmi...”

─̶──̶──̶─............

─̶─Seolah-olah hal seperti itu ada; ini hanyalah upacara sederhana.

Bertukar kata-kata ikrar, menulis nama mereka bertiga di dokumen, dan itu berakhir.

Awalnya mereka akan mengumpulkan orang-orang dari koloni tapi─̶─Riku dan ShuVi dianggap sudah mati.

Itu sebabnya, Coron mengadakannya ditempat itu.

“Suami Riku, apakah kamu bersumpah untuk menjadikan ShuVi sebagai istrimu, berjalan bersama, mendukung dia, mencintai dia, dan selamat dengan dia?”

Setelah mendengar kata-kata Coron─̶─dia tersenyum pahit pada berapa banyak kata-kata janji itu mirip dengan yang di koloni, sesuai dengan zaman ini.

Ketika upacara pernikahan diadakan di koloni, dia tidak punya pilihan lain selain menurunkan matanya, atau begitulah dia ingin mengeluh, tapi sekarang─̶─

“Ahh, aku bersumpah.”

“Hey Riku! Disini kamu harusnya mengatakan Ashieit[Bersumpah pada Perintah]─̶─“

“Maaf, kata itu baru-baru ini dilarang. Itu sebabnya─̶─sekarang adalah Aschente [Sumpah pada Persetujuan].”

Setelah mendengar kata-kata itu pipi Coron membesar dan dia mengeluarkan gumaman.

“...Sepertinya saat aku tidak ada, banyak hal yang dilakukan, entah bagaimana! Aku tidak menyukai ini...”

“Hey~ pendeta. Terlalu banyak pembicaraan pribadi kau tahu~?

Setelah melotot pada Riku yang mencemooh seakan dia adalah orang luar, di batuk sekali.

Kali ini Coron menghadap ShuVi, dan bertanya kata-kata janjinya.

“Istri ShuVi. Apakah kamu bersumpah untuk menjadikan Riku sebagai suamimu, berjalan bersama, mendukung dia, mencintai dia, dan sela─̶─“

“...Aku, bersumpah...”

Jawaban instan seoakan memotongnya. Coron menurunkan bahunya pada bentuk pengabaian kelanjutan itu tapi─̶─ShuVi melanjutkan.

“Keberadaan ShuVi, berarti, kelahiran.... Aku bersumpah... pada Riku, yang memberiku hati...Aku pasti tidak akan membiarkan, Riku, mati... dia akan selamat, hingga akhir...Aku akan tinggal, bersama dengannya... Aschent [Bersumpah pada Persetujuan]...”

─̶─̶──.

Begitu~ begitu~ Coron yang memutar pandangannya pada Riku, melihat sesuatu yang tidak bernilai.

Memang─̶─untuk berpikir akan datang hari dimana dia akan melihat adik laki-lakinya itu dengan wajah merah.

“Kalau bergitu ShuVi lanjutkan. Apakah kau bersumpah untuk menjadi─̶─“mempelai wanita yang menakjubkan” mempelai Riku?”

“...mempelai wanita...yang, menakjubkan...?”

Jadi dia mulai terbawa ke arah yang salah, sementara Riku mendesah memikirkan itu, ShuVi memiringkan kepalanya terhadap kata-kata yang artinya tidak jelas, tapi─̶─

“Jangan buat Riku sedih. Dari anak ini yang pernah kehilangan senyumnya...jangan curi senyumannya lagi...”

Terhadap Coron yang bertanya dengan wajah serius, ShuVi merenung. “...Bisakah kamu melakukannya?”
─̶──̶─.

Sejujurnya, aku tidak yakin. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau jika aku bisa melakukannya atau tidak tapi─̶─ShuVi menjawab.

“...Aku bersumpah...Aku akan...menjadi...”mempelai wanita yang menakjubkan”.”

...Un. seolah lega dia memberi anggukan besar, dan kemudian─̶─

“Ah, juga, pastikan untuk benar-benar memenuhi persyaratan penting dari mempelai wanita yang menakjubkan selama kehidupan malam juga oke? Ahli di tempat tidur itu─̶─“

Coron mempercepat ke arah yang buruk, tapi,

“Ahh, Coron. ShuVi, tidak bisa melakukan hal seperti itu. Lihat, rasnya─̶─“ Setelah mendengar perkataan Riku─̶─dia menutup wajahnya dan menyayangkan perkataannya.
Karena dia akhirnya memiliki masalah mencoba untuk melembutkan mood, dia keceplosan─̶─dia pikir.

Tapi tanpa diduga ShuVi mengangkat tangannya,

“...Jika ShuVi, tahu, strukturnya...pembentukan diri─̶──̶─dia bisa membuat, [lubang].” “A─̶─PA!?”
“OhKau berhasil Riku! Selamat telah lulus dari keperjaka─̶─“ “...Jadi begitulah, Coron... biarkan ShuVi melihat, milik Coro─̶─“

─̶──̶──̶──̶──̶──̶──̶──̶──̶─Dunia tidak adil.

Pikir Riku, setelah pipinya dipukul oleh tinju yang bahkan membuat otaknya bergetar.

“─̶─Tunggu, kenapa aku dipukul!”

“Itu karena ini adalah pembicaraan yang akan berakhir baik-baik jika kamu tetap perjaka seumur hidupmu!!─̶─Nah lalu.”

Sementara mengatakan itu, Coron mengambil batu yang selalu dia jaga di pergelangan tangannya dan mengatakan.

“Maka, setelah kita mengukir nama kita bertiga disini, kalian akan resmi menjadi pasangan.”

Bahkan tanpa Riku jelaskan apapun, Coron menangkap niatnya dan melanjutkan dengan tepat.

“...Karena kalian secara resmi sudah tidak lagi ada, kalian tidak bisa ada di dokumen kan? Permata ini, adalah sesuatu yang aku terima dari kakekku. Jika kita membuat sisi dengan ukiran nama kita bertiga sebuah dekorasi maka─̶─benar?”

─̶─Aku mengerti, dengan begitu tidak akan ada yang dapat melihatnya huh.

Riku kagum didalam hatinya, seperti yang diduga dari Coron. Aku tahu, jika itu Coron─̶─maka aku bisa menyerahkan semua orang padanya.

Itu karena, di batu itu─̶─sudah ada nama lengkap Coron terukir.

Riku, dan ShuVi juga, mereka berdua tidak memiliki nama keluarga. Dengan kata lain niat sebenarnya Coron adalah─̶─

“...Dengan ini, kalian berdua adalah pasangan yang sudah menikah. Dan, adik laki-laki dan adik perempuan resmi ku.”

Dengan wajah yang bahagia, namun pada saat yang sama terlihat sedih, dia mengumumkan itu. Memberi sebuah senyum pahit─̶─Riku dan ShuVi, memegang pisau dengan tangan mereka.
Mereka menambah nama keluarga Coron, dibawah nama mereka sendiri. Mungkin mereka merasa seperti tulisannya sedikit jelek tapi─̶─

Setelah selesai mengukir, Coron yang batunya terlihat lebih menyilaukan dari pada siapapun, dia menyimpannya dengan hati-hati.

Dan kemudian─̶─dengan sebuah wajah yang terlihat seperti seorang kakak perempuan, bahkan lebih daripada seorang kakak perempuan yang asli.

“...Hey, Riku, ShuVi.”

Aku ingin menghentikan mereka, tapi aku tidak bisa melakukannya. Dia memahami itu, dan dengan sebuah senyuman─̶─yang bahkan sekarang terlihat dipaksakan.

“Aku tidak tahu apa yang kalian berdua─̶─yang semua orang coba lakukan─̶─Kalian berdua tidak di dunia ini, tapi.”

Mengatakan itu, Coron─̶─memeluk mereka berdua, kedua adiknya, dan mengatakan.

“Aku tahu─̶─Aku memiliki adik laki-laki kesayangan dan adik perempuan yang lucu. Makanya...kumohon.”

“─̶─Aku, tidak ingin kehilangan keluargaku lagi. Jangan sembrono, kumohon...”

─̶─Wajahnya tidak bisa dilihat. Tapi terhadap bisikan bergetar Coron, kedua adiknya mengangguk.

“Aah. Tidak akan ada yang mati atau kubiarkan mati. Setidaknya hanya [game] ini─̶─Aku pasti akan menang.”

“...Serahkan pada, kami...onee,chan...”

─̶─Part VII END─̶─


Prev | ToC | Next