─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─
Penerjemah : D.Blank13th
Chapter 3
1+1=Deathless
Part V
"......Meski, begitu... bisakah, Riku, masih mengatakan...hal... yang sama...?”
Setelah ShuVi menceritakan semuanya, tanpa bisa melihat wajah Riku, dia hanya bergumam dengan suara gemetar sambil melihat kebawah.
─̶─Error <Salah> Error <Irregular> Error <Gagal> Error <Ragu> Error
<Cycle> Error <Tak dapat dijelaskan> Error <Tak jelas> Error <Hilang>─̶─
Apa yang memenuhi pikiran ShuVi, adalah kumpulan kesalahan yang seperti badai.
─̶─<Pertanyaan Diri> Kenapa kau bicara? Baik itu logis atau tidak logis itu tindakan tak berguna.
─̶─<Jawaban Logis> Keuntungan─̶─tidak ada. Kerugian─̶─kerugian menjadi musuh dengan target pengamatan.
─̶─<Jawaban Tak Logis> Keuntungan─̶─tidak ada. Kerugian─̶─dibenci, oleh, Ri...ku?
─̶─Kerugian? Dengan dibenci? Begitu banyak sehingga naik ke posisi kerugian pokok? Error, error, error...
“...ShuVi, kau tahu─̶─“
Mendengar suara Riku, ShuVi merasa bahunya melompat hingga bahkan mengejutkan dirinya sendiri.
Badai kesalahan menjerit dengan suara besar─̶─[Lari!].
─̶─Lari? Kenapa?
Badai kesalahan menjawab dengan suara besar─̶─[Karena aku takut!].
Takut. Rasa takut. Ex-Machina tidak memiliki konsep seperti itu. Tapi error itu (pikiran) tidak bisa dipungkiri.
Kenapa dia saat ini menundukkan kepalanya? Itu karena melihat─̶─Wajah Riku─̶─Tak tertahankan─̶─ “mengerikan”─̶─Sekali lagi sementara badai kesalahan menyapu pikiran─̶─
"......Aku menyadarinya. Cukup samar-samar, sih.”
Pada kata-kata yang dia dengar error menenang sekaligus, dan berkumpul menjadi satu pertanyaan.
“...Bagai,mana...”
“Hm~...ini cerita yang memalukan tapi, pertama kali aku ingat bahwa ada sesuatu yang salah adalah─̶─“
Riku berkata sambil menggaruk kepalanya dan tampak malu.
“...Pertama kali kita bertemu, aku heran kenapa kamu tahu aku masih perjaka.” “─̶──̶──̶──̶──̶──̶─“
Pada keadaan ShuVi yang dengan sempurna menjadi membeku, Riku tersenyum pahit dan melanjutkan.
“Nah ada juga yang lain, seperti bagaimana kamu mengatakan [Konfirmasi ulang hati] padaku, juga seperti bagaimana kamu keras kepala dan mengatakan itu harus “hatiku” sementara ada manusia lain yang masih hidup didunia ini, dan seperti bagaimana kamu awalnya “menunggu” ditempat yang begitu jauh dari koloni, dan seperti kenapa game “pertama” adalah catur─̶─nah, benar.”
Pada Riku yang tertawa malu-malu sambil mengatakan bahwa itu tiba-tiba dibenarkan, ShuVi hanya bisa melihat dengan mata melebar.
Dia kehilangan kata-katanya. Pikiran yang diwarnai error tidak melakukan apa-apa selain tetap diam─̶─ tapi, sebuah pertanyaan keluar.
“...Lalu,...kenapa,...?”
“Hm~...Kenapa ya? Hahah, aku tidak tahu.”
Dalam keadaan yang benar-benar tampak seperti dia sendiri tidak tahu, dia melanjutkan sambil tertawa.
“...Itu karena, di atas semua faktor itu, aku masih jatuh cinta pada ShuVi, kupikir.”
─̶──̶──̶─.
“...Kamu akan, melupakan, masa lalu...?”
“Tidak. Dengan hasil bahwa ShuVi menghancurkan kampung halamanku.... itu adalah masa lalu yang pasti.”
Melalui kata-kata itu, ShuVi merasa bahwa dia hampir runtuh dari [sakit] yang seharusnya tidak ada, tapi─̶─
“Hm~...sudah kuduga, aku ini bodoh. Karena kau lihat, pada saat yang sama, aku memikirkan ini.”
Seolah menyembunyikan rasa malunya, atau mungkin benar-benar mendengus. Dia menggaruk kepalanya,
“Jika ShuVi menolak masa lalu kalau dia menghancurkan kampung halamanku─̶─kita tidak akan pernah bertemu kan.”
"─̶──̶──̶─............!!”
Dia menahan napasnya. Meskipun mesin itu bahkan tidak memiliki organ pernapasan.
“Hasil adalah hasil. Itu tidak bisa membantu bahkan jika kamu memutarnya. Manusia, bukan makhluk hidup semacam itu.”
Setelah perlahan berjalan, dan setelah berjongkok, tangan Riku-
“Bahkan jika mereka menggertakkan gigi mereka, menyesal, menangis dan berteriak─̶─Lain kali, pasti lain kali, dan dengan cara itu mereka terus maju─̶─itulah sebabnya.”
─̶─Dengan lembut membelai pipi ShuVi dan mengangkat wajahnya, “Itulah sebabnya...ShuVi tertarik padaku, kan?”
Riku menunggu setelah mengatakan itu dengan senyum yang mirip dengan anak kecil.
Setelah melihat ekspresi ketakutannya sendiri yang tercermin di mata Riku, bahkan ShuVi sendiri kaget akan itu.
Seakan menenangkan itu, Riku meneruskan dengan suara tenang. “Aku, benar-benar tidak akan menyangkal apa pun dari masa lalu.”
─̶──̶──̶─,
“Masa lalu ShuVi, masa ini dimana kau berada di sisiku, dan masa depan dimana aku ingin kamu terus bersamaku dari sekarang juga, aku mencintai semuanya tentang mereka.”
─̶──̶──̶─,
“Hati nurani dari dosa juga. Lakukan seperti itu atau harus selesaikan seperti itu. Terlalu buruk tapi manusia─̶─tidak, aku hanya seorang idiot. Bagaimanapun─̶─aku tidak punya waktu untuk melihat kemana-mana sekarang. Tahan harapan untuk besok, dan harapan untuk waktu berikutnya. Bahkan diatas melangkahi masa lalu, benar.”
Itu sebabnya─̶─dan Riku mengambil tangan kiri ShuVi,
“Jika aku bersama ShuVi, bahkan di dunia seperti ini, sepertinya aku akan ingin hidup di dalamnya.” Dia perlahan memasukkan cincin melalui jari manis─̶─
“Jika aku bersama ShuVi, tak peduli kesulitannya, sepertinya hatiku tidak akan hancur.” Cincinnya─̶─ setelah menunjukkan permata merah seperti mata ShuVi─̶─
“Jika aku bersama ShuVi, sepertinya aku tidak akan pernah tidak dapat tertawa lagi.” Dan lalu seolah bermasalah di suatu tempat─̶─dia berkata.
“Itu sebabnya, kau lihat. Jika kamu tidak membenciku─̶─“ “Aku tidak...benci─̶─!! Tidak mungkin, yang seperti itu─̶─!” Setelah ShuVi mengayunkan kepalanya seakan mecoba memotong kata-kata Riku─̶─ kemudian.
Setelah membentangkan tangannya, Riku─̶─berharap.
“Abaikan semua alasan─̶─tidak maukah kamu berjalan di jalan yang sama denganku. Sebagai istriku, tentunya.”
......
............Tiba-tiba, ShuVi sadar.
Bahwa pada suatu waktu, badai kesalahan yang mengisi pikirannya berhenti. ".........Be, gitu...”
─̶─Ex-Machina adalah, ras yang menyesuaikan. Jika itu perlu mereka akan membangun kembali sendirinya seperti yang diperlukan.
Sejak kapan, “ada fungsi seperti itu” itu tidak jelas tapi─̶─melalui sebuah air mata di pipinya, dia mengerti.
Badai kesalahan. Hal-hal logis dan kontradiktif itu adalah, sesuatu yang diberi nama bersama dan diperlakukan seperti itu.
Bernama─̶─[Perasaan].
“...Riku.” “Un.”
“...Sederhananya...hanya, saja, terlihat...Aku tidak layak─̶─tapi.”
“Idiot, kupikir kamu bahkan istri yang terlalu baik untukku, kau lihat.” Sementara Riku tersenyum pahit seperti itu.
ShuVi, yang masih tidak tahu bagaimana bekerja dengan [perasaan] yang dihadapiya saat ini. Berjongkok, dan dengan suara basah─̶─seolah meremasnya keluar, menjawab.
“...Selalu, selalu, selamanya─̶─mohon biarkan aku tinggal, di, sisimu...”