Tolong matikan adblock dan script blocker Anda untuk melihat halaman ini.

─̶─Jika ingin meng-COPY tolong sertakan sumber :D─̶─


Penerjemah : D.Blank13th


Chapter 5

1÷0=Etherealness

Part XI


Riku berpikir, sambil memegang [Stale-Mater] yang dipercayakan oleh Ex-Machina.

─̶─Apa sih, yang aku lakukan di tempat ini.

Sebuah game yang kekalahannya sudah pasti, dan dengan melemparkan lumpur ke dalamnya semuanya menjadi hancur─̶─

“─̶─Diam. Masih belum. Jangan berpikir seperti itu dulu.”

Mengatakan itu seolah meyakinkan dirinya sendiri, dia memverifikasi [Kunci] hatinya yang sepertinya akan keluar.

─̶─Tidak masalah. [Kunci]-nya masih terkunci. Masih tetap bisa diteruskan... Avant-Heim yang bisa dilihat samar-samar di kejauhan.
Di tempat itu, alat (Ex-Machina), beroperasi untuk melepas esensi Artosh tanpa membunuh siapa pun.

Aku sedang menunggu [Sinyal]─̶─akan, akan baik-baik saja jika aku menarik pemicu ini─̶─

Dan kemudian─̶─tiba-tiba, sebuah suara─̶─tidak, sebuah “gempa parah” yang sepertinya membuat bintang bergoyang.

Langit, Bumi, segala sesuatu di alam semesta─̶─mendengar, “suara” itu yang memerintahkan berbicara.

Definisi dari Dewa─̶─dengan gema begitu luar biasa seperti Old Deus terkuat.

Jadi ini adalah kekalahan─̶─aku mengerti sekarang. Ini adalah permainan penghibur (perang) yang membuat jantung mendidih.

Kau mendengarkan bukan, itu menyatakan, seolah mengkonfirmasikan.

Wahai yang terlemah tanpa nama─̶─kau mungkin bangga. Kau benar-benar, menjadi “musuh” diriku (yang terkuat).

─̶──̶──̶─Lalu.

Riku memalingkan mata satu-satunya yang seperti malam menuju cakrawala─̶─itu mencerminkan cahaya putih yang memenuhi langit merah.

Dia berpikir tanpa emosi mendalam─̶─itu adalah pemandangan yang sama seperti yang dikatakan Eintihi.

Dengan kata lain itu adalah [Sinyal] bahwa esensi Old Deus Artosh berhasil dilepas.

─̶─Jadi, itu...berhasil. “...”
Sebenarnya dia tahu─̶─tapi, itu adalah fakta bahwa dia harus membuatnya seolah dia tidak tahu.

Riku hanya menggelengkan kepalanya─̶─dan menempelkan jarinya, oada pemicu [Stale-Mater].

Bahkan tidak ada satupun Ex-Machina yang kembali...bahkan tanpa menyadari maksudnya─̶─tidak.

─̶─Dia terus berpura-pura tidak menyadarinya.

Mungkin, itu karena dia bisa menebak itu bahkan untuk Artosh.

Pasti karena dia tidak mengatakan sepatah kata pun tentang “ditembak jatuh”─̶─“...Tunggu, entah bagaimana, ok...”
Dia memverifikasi [Kunci] hatinya yang sekarang tampak akan hancur. Riku, sekali lagi mengingat kembali, pada <Aturan> yang Riku putuskan sendiri.
─̶─Pertama, Tidak ada yang harus dibunuh.

─̶─Kedua, Tidak ada yang dizinkan untuk mati.

─̶─Ketiga, Tidak ada yang harus dirasakan.

─̶─Keempat, Tidak peduli metodenya itu tidak ilegal.

...Itu benar, aturan itu memiliku sebuah lubang.

Tidak mengenali ShuVi─̶─Ex-Machina sebagai “kehidupan”, dan menganggapnya sebagai alat.

Jika [tidak peduli metode ilegal] yang dilakukan oleh alat (Ex-Machina) tidak dirasakan─̶─

Jika dia bahkan bertindak seolah tidak menyadarinya─̶─<Aturan> tidak akan terlanggar sama sekali.

Riku tersenyum pahit dan berpikir─̶─benar-benar kesendirian dan penipuan juga, ekstrim mereka berpotongan disini.

ShuVi yang hanya membicarakan logika─̶─Ex-Machina─̶─membicarakan tentang kesendirian.

Jika dia mengerti maksud itu, tidak mungkin dia bisa menyangkalnya. Itu adalah, keinginan dari [Hati] ShuVi.
Mereka melepaskan tangan masing-masing─̶─kerugian yang luar biasa dari kekalahan tertentu yang lahir dari kesalahan itu─̶─jadi paling tidak.

─̶─Meskipun tidak mencapai Skak-Mat [Kemenangan Sempurna].

─̶─Bawa ke rencana terakhir, stale-mate [Draw].

Oleh karena itu para Ex-Machina, menamakannya seperti ini, rencana terakhir yang akan menusuk bintang, dan menghancurkan papan permainan.

─̶─Stale-Mater [Epigrafi Sejati – Pembunuh Bintang]─̶─.

“Kalau begitu─̶─dengan ini draw (Game-Over)...maaf ya, Dewa─̶─“

Membiarkannya keluar, dengan jari di pemicu pistol raksasa yang seperti tiang ditikam ke tanah─̶─

Pada saat─̶─Riku menariknya─̶─



Tiang yang jauh mengalahkan tinggi Riku, langit dan bumi dan fajar─̶─semuanya tersedot.

Dia merasakan kekuatan ganas dibiarkan mengalir─̶─dalam sekejap, mulut pistol yang ditikan ke tanah, menguraikan cahaya.

Ketujuh, kekuatan yang membakar benua, dan membakar bintang.

Itu menusuk inti bintang, dan terus mencapai sampai menghancurkan sirkuit elemental.

─̶─dengan pengakuan Riku, ini terjadi dalam sekejap.

Tapi pada saat yang sama─̶─Riku merasa [Kunci] hatinya juga, terhembus─̶─



“...Apa, apaan, tentang omong kosong stale-mate itu....bagian mananya─̶─dari ini adalah draw─̶─!” Secara harfiah, seolah itu keluar.
Dengan mata yang cahaya-nya telah kembali, Riku sekali lagi memuntahkan semua perasaan yang terkunci.

Dengan [Kunci]-nya hancur, hati-nya─̶─tidak bisa berhenti lagi.

─̶─Tepatnya, berapa banyak yang mati.

Rekan-rekan ShuVi. Mereka memiliki kehidupan. Para Flugel─̶─berapa banyak dari mereka yang mati!!!

Bahkan menipu dirinya sendiri─̶─bahkan membelakangkan perasaan ShuVi!

Pengorbanan terakhir, demi mengakhiri perang yang terus tanpa henti memberi pengorbanan─̶─

Bahkan niat membunuh pun lahir pada dirinya, yang bahkan setelah sampai di tempat ini, masih terus membuat alasan tersebut.

─̶─Apa-apaan tentang stale-mate (draw) ini. Kau hanyalah bajingan sampah, hanya seorang pecundang.
Meskipun itu adalah keinginan ShuVi atau yang lain, dan meskipun kau memberika alasan untuk itu!!

Kau! Secara memalukan! Kalah kau tahu─̶─Riku!!

......

“Hey, ShuVi─̶─Apa yang kurang, aku ingin tahu...hey.”

...Ya. Aku tahu itu, bahkan tanpa perlu bertanya...

“Hey, ShuVi─̶─kalau aku dan kamu, bersatu, kau lihat...”

...Ya. lain kali aku pasti ingin menang ShuVi, dengan dirimu, kita berdua...

Kali ini pasti, tidak ada yang akan mati, mereka tidak perlu mati─̶─dengan game, seperti itu─̶─



Berguling bahkan sampai ke kerak bumi─̶─inti bintang yang tertembus─̶─sumber aliran kekuatan dari sirkuit elemental terlempar.

Sesuatu yang seperti kekuatan─̶─besar yang dilepaskan saat ini, sepertinya tidak lebih dari satu tangkai jarum.

Kekuatan yang membentuk dunia─̶─jumlah kekuatan yang cukup untuk menghembuskannya tanpa jejak─̶─sedang dilepaskan.

Sementara Riku sedang, ditelan oleh kekuatan itu─̶─dia melihat. “.........It...u, adalah...?”

─̶─[Star Grail]...



─̶─Sebuah polyhedron yang menunjukkan pentagram,dodecahedral berbentuk bintang, yang seperti cahaya.
(TL Note: http://en.wikipedia.org/wiki/Dodecahedron.)

Itu akan terwujud di tempat di mana semua kekuatan yang dilepaskan menyatu─̶─aku mengerti sekarang.

Jadi benar-benar muncul di hadapan “pemenang”─̶─tapi meskipun tangannya diregangkan─̶─itu tidak akan tercapai.

Mengalihkan tatapannya, dia tersenyum pahit.

“...Aku mengerti sekarang, seperti ini, aku tidak bisa meraihnya dengan benar...”

Karena lengan kanan yang tersisa juga lenyap, dia tidak bisa meraihnya. Kurang lebih karena─̶─dia sendiri, bukanlah “pemenang”─̶─
Setelah tubuhnya ditelah oleh cahaya sirkuit elemental yang melepaskan kekuatan luar biasa, tubuhnya mulai runtuh....dan kekuatannya meninggalkan tubuhnya.



─̶─Sejak kapan, aku ingin tahu.

Tiba-tiba, pada saat ini, tanpa merasa malu atau khawatir dengan penampilannya, dia menyadari bahwa air mata telah mengalir.

Pria dengan perban basah dan tanpa lengan, menangis seperti anak kecil sambil ambruk─̶─

“...Haha...ini benar-benar─̶─melakukan kan, aku...”

Karena sampai pada inilah aku paling tidak ingin hidup dengan keren dan mati dengan keren sih.

Pada akhirnya, ini adalah kehidupa dimana aku tidak bisa “menang” sekali pun.



Sebuah kematian lucu yang pantas untuk seorang pecundang─̶─pada saat ini, tidak perlu malu.

“Hey, ShuVi─̶─Aku, menangis dengan penyesalan kau tahu...Maafkan aku, karena telah menjadi suami tidak berguna.”

Apa yang terlintas dalam benaknya adalah─̶─hanya penyesalan yang tak terhitung jumlahnya.

Wajah orang-orang yang sampai sekarang dia lihat mati, satu demi satu terlintas.

Wajah dari seratus tujuh puluh tujuh [hantu] yang ikut serta dengan keegoisannya.

Dia menyadari rasa bersalah yang tampak menghancurkannya, tapi di atas itu, penyesalan terbesar.

─̶─Betapa menakjubkannya dirinya, sangat tidak keren sehingga dia bahkan tertawa terbahak-bahak.

“Aah sialan...bahkan kalaupun aku harus bersujud pada Coron, aku ingin memelukmu ShuVi.”

Riku ─̶─perjaka─̶─ dua puluh tahun. Saat menjadi pria yang sudah menikah, tetap akan mati sebagai perjaka. Hmm, dengan cara tertentu bukannya itu lumayan keren juga!?
“Tidak, sama sekali tidak...aku tidak bersikap kuat dengan itu...haha...”

─̶─Sepertinya sampai akhir, aku akan mati dengan memalukan. Kalau begitu, sampai akhir─̶─mari lanjutkan.
Benar-benar memalukan─̶─mari bergantung pada Dewa (kekuatan luar). “...Hey, kalau Dewa lahir dari pemikiran maka─̶─Dewa Game.”

─̶─Dengan apa yang sudah tidak ada lagi, kedua tangannya.

“Hidup ini seperti sampah tapi, aku akan menawarkan semuanya, dan untuk pertama kalinya sejak aku lahir aku akan “berdoa”─̶─kumohon.”

Jika terlalu kotor, untuk seseorang yang hanya seorang pecundang untuk mencuri Holy Grail (hadiah kemenangan) maka.

Jika aku terlalu basah kuyup dalam darah untuk mendapatkan Tahta Tuhan Tungga maka.

─̶─Kumohon. Aku mohon padamu.

Paling tidak katakan bahwa ada arti untuk “kami (hati)”. Tidak apa kalau bukan aku. Siapapun tak masalah, siapapun tidak masalah jadi─̶─Kepada siapapun, yang bisa mengakhiri perang ini─̶─
Berikan itu─̶─[Star Grail]─̶─pada...sese......orang.........



......Itu benar, sementara kesadarannya lenyap, “haah...”
─̶─Riku tertawa, ke arah sosok yang mendekati [Star Grail].

Sosok yang mendekati [Star Grail] di tengah cahaya, adalah seseorang yang tak ada sampai saat tadi terlihat.

Dengan topi besar menutupi kepalanya, kedua matanya adalah diamond dan spade. Itu adalah anak laki-laki yang belum pernah terlihat sebelumnya─̶─tapi.

Bagi Riku, dia tahu, siapa itu.

Dialah, yang selalu─̶─selalu selalu selalu, membuatnya kalah, sampai dia muak─̶─

Itu karena dia selalu melihatnya di dalam kegelapa, menunjukkan senyum tak kenal takut.

“...Hah...hahahaha─̶─ahhahahahahahaha!!”

─̶─Apa, seperti yang kuduga, ada, bukannya itu...kau...

“Hey─̶─mari bermain game lagi...kali ini pasti, akan kutunjukkan padamu bahwa aku akan menang, kau lihat...”

─̶─Bersama dengan ShuVi...pa,s......ti...

......



Meninggalkan kata-kata itu, di belakang─̶─pada Riku yang lenyap ditelan cahaya.

Riku dan ShuVi, lahir dari dan dipercaya hanya oleh mereka berdua─̶─Old Deus terlemah dan terakhir.

Seolah membawa sesuatu, dia memaksa dirinya untuk tercipta, dan membalas senyumanya sebagai balasannya.

Kemudian perlahan...memegang [Star Grail] dengan tangannya, lalu─̶──̶──̶──̶─.......

─̶─Part XI END─̶─


Prev | ToC | Next